Page 51 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 51
Ce r i t a Ci n t a E n r i c o
beberapa saat, sebelum tenaganya pulih untuk mencopoti
segala seragamnya yang berat: kemeja, celana, sabuk, dan
but yang semuanya tampak beruap. Ia mengeluh pada ibuku:
“Ini pasti karena ajaran kamu, Cing... Si Rico mengajak aku
pulang jalan kaki. Padahal sudah seharian aku dijemur dalam
upacara.”
aku sesungguhnya sama sekali tidak ingin membuat
ayahku sempoyongan. aku betul-betul ingin melaku kannya
ka re na jalan kaki adalah gagah dan hemat. Tapi peris tiwa
itu mem beri rasa menang juga pada diriku. aku ternyata
lebih kuat dari ayah. lihat, May, aku lebih perkasa dari
apay! aku lebih pantas dicintai daripada ayahku. Tenagaku
masih berlimpah-lim pah. aku pun lari keluar untuk bermain
bungkus rokok de ngan teman-teman. Setelah main bungkus
rokok, kami berkelana lagi sesuka kami. Dan di suatu kebun
aku menemukan satu buah sukun matang teronggok di tanah.
Sukun matang jatuh pohon. Yang pertama kuingat adalah ibu-
ku. Selalu Ibu yang pertama kuingat. aku akan mempersem -
bah kan sukun ini untuk Ibu. Tapi satu buah rasanya kurang.
Ku longok ke atas dan kutemukan ada yang tampaknya lumayan
matang. aku pun memanjat pohon dan memetik satu lagi. aku
berlari-lari pulang membawa dua buah sukun. Begitu bungah
hatiku bisa membawakan buahtangan bagi kekasih.
aku menerobos ke dalam rumah sambil kedua tanganku
terentang menyodorkan buah istimewa itu. Kulihat wajah
ibuku: terkejut, terharu, dan bangga.
Sore itu kami minum teh dengan kudapan sukun goreng.
Sukun adalah buah yang sangat enak. Tak ada roti manapun
yang menandingi gurih dan seratannya. Ibu mengelus
45
Enrico_koreksi2.indd 45 1/24/12 3:03:52 PM