Page 50 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 50
a yu Utami
sedang memandangiku. aku mendapatkan kepuasan dengan
kegagahanku. aku merasa tak kalah jantan dari ayah.
aku juga tahu bahwa setiap kali kami berjalan kaki, kami
menghemat ongkos bendi. aku tahu menabung adakah hal
yang baik.
Suatu hari ada parade 17 agustus di Stadion Imam Bonjol.
Ayahku akan ikut defile. Upacara sebesar itu tak setiap ta hun
diadakan. aku harus melihatnya. Tapi Ibu tidak ikut. Pagi-
pagi kami telah berangkat. aku duduk di bangku penonton
dan me nyaksikan penaikan bendera, yang diikuti oleh pa ra de
satuan-satuan militer. aku mencari-cari di mana ayah ku da-
lam barisan KUDaM III dan menemukannya. aku melambai-
lambai dan memanggilnya, tapi tentu saja dia tidak boleh
me nyahut. Parade selesai sekitar jam sebelas. aku segera
me nemui ayahku dan mencerocos tentang bagaimana aku
berhasil menemukan dia dalam defile.
ayahku kehausan. Kami membeli limun sebelum beranjak
pulang. ayah mau menyetop bendi, tapi dengan segera aku
berkata tegas, “Tidak usah naik bendi, Pay! Kita jalan kaki saja!
lebih hemat.... dan gagah!”
Matahari mulai terik. aku dan ayah berjalan pulang. Se-
pan jang jalan aku mencerocos terus, pelbagai cerita. Sema-
kin dekat rumah, semakin sedikit ayah bicara. Keringatnya
me netes-netes sebesar butiran jagung. Ia membuka kancing
seragam bagian atasnya. Jalannya semakin sempoyongan. Se-
patu larsnya semakin berdebum-debum menahan tubuhnya
yang tak lagi lurus.
Sesampainya di rumah ia langsung membanting badan dan
berselonjor di bangku. Ia menarik nafas-nafas panjang untuk
44
Enrico_koreksi2.indd 44 1/24/12 3:03:52 PM