Page 49 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 49
Ce r i t a Ci n t a E n r i c o
Katanya, si Rico anak tampan. atau Rico anak baik. atau
Rico anak berbakti. Semua pujian itu membuat aku sungguh
merasa lelaki dewasa yang hebat. aku pantas mendampingi
ibuku. Tapi aku juga suka mengumpulkan bungkus-bungkus
rokok yang dibuang orang di pasar untuk mainan kami di
asra ma. anak-anak asrama suka bermain bungkus rokok.
Kami mempunyai harga untuk masing-masing jenis. Yang
me nang adalah anak yang punya koleksi termahal. Bungkus
rokok termurah adalah Soor, rokok bikinan Medan. Warna-
nya coklat hijau. Yang termahal adalah Kaiser. Dasarnya putih
dan tulisannya perak, gambarnya satria berkuda dengan baju
zirah dan tombak panjang.
Kadang-kadang aku lupa pada kegagahanku dan mele ngos
dari Ibu untuk memburu bungkus-bungkus rokok itu. Jika aku
menemukan Kaiser, aku harus memungutnya, meski pun su-
dah kena becek dan cap alas kaki orang. aku juga suka meng -
intip di bak-bak sampah, siapa tahu ada bungkus rokok yang
ma sih lumayan atau yang istimewa.
Hari itu belanjaan bawaanku sangat berat. Hari sangat
panas. Keringatku menetes-netes. Ibu memandangi aku de-
ngan penuh cinta serta haru, dan bertanya, “Bagaimana kalau
kita naik bendi saja? Biar kamu tidak capek, Rico...”
langsung berdiriku kutegakkan kembali dan aku men-
jawab lantang, “Tidak! Rico tidak pernah capek!”
Semakin berat tantangan, semakin aku merasa gagah.
Semakin aku merasa gagah, semakin aku merasa nikmat.
Ibu membuka payungnya dan kami pun berjalan bersama-
sama. Tubuhku sesungguhnya harus sedikit miring untuk
me nyangga tasku yang berisi kelapa dan segala macam. Tapi
se lalu kuusahakan jalanku tegap. apalagi kalau aku tahu Ibu
43
Enrico_koreksi2.indd 43 1/24/12 3:03:52 PM