Page 84 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 84
a yu Utami
dalam nada yang menusuk hati: “air susu dibalas dengan air
tuba. Kamu telah jadi anak kriminal, Rico!”
aku sesungguhnya frustrasi. aku marah oleh hal-hal yang
tak bisa kupahami. aku sebetulnya menginginkan pujian
ibuku, tapi yang kubuat justru hal-hal yang dibencinya. Ibu,
Ibu tidak mengerti! Ibu tidak tahu dunia anak laki! Kami
tidak seperti anak perempuan, Ibu! Dalam dunia kami, setiap
anak menempati peringkat masing-masing. Kami ini terus-
menerus diuji untuk bisa menjadi anggota kelompok. Dan da-
lam kelompok itu, peringkat kami pun terus-menerus diuji.
Setiap pekan bahkan setiap hari kami tahu, siapa menempati
peringkat satu. Siapa di bawahnya. Siapa di peringkat akhir.
Dan siapa yang tidak pantas menjadi anggota kelompok. Un-
tuk menjadi anggota, dan untuk naik atau mempertahankan
peringkat, ada banyak yang harus dilakukan anak laki-laki...
Pada suatu kali, semua anak tangsi sudah tahu bahwa nan ti
malam adalah “Malam ke-41”. Pada “Malam ke-41” anak-anak
akan berkeliling membawa obor sampai sangat larut. Ren cana
ini telah diketahui semua anak asrama dan orang tua mereka.
aku pun telah membuat obor dari buluh pepaya yang diisi mi-
nyak tanah dan diberi sumbu. aku tahu bahwa keasyik an ini
adalah bagian dari permainan di bulan puasa di tangsi kami.
Meskipun aku tidak puasa, bermain adalah bermain. Sambil
membawa oborku, aku bergabung dalam barisan.
Tiba-tiba seorang anak berteriak, “Hey! Si Rico kan orang
Kristen! Dia tidak boleh ikutan!”
Seruan itu membuatku terhenyak. Itulah kali pertama
aku merasa bahwa aku dikeluarkan dari kelompok karena
78
Enrico_koreksi2.indd 78 1/24/12 3:03:53 PM