Page 79 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 79
Ce r i t a Ci n t a E n r i c o
membuatku bersukacita juga. Meskipun tidak sampai me-
nandak-nandak. Mereka sudah menyiapkan nama, dan ayah
ber tanya apakah aku setuju dengan nama itu. nugraini. nama
perempuan. aku mengangguk. aku akan punya adik perem-
puan. Pengganti kakak perempuanku. Di wajah ibuku ada
ke banggaan dan keceriaan yang jarang. Hari itu hari yang
menyenangkan.
Tapi kelanjutan pengumuman bahagia itu tak ada lagi.
Suatu kali ayah membawa Ibu pulang dengan mencarter
mobil umum, hal yang tak pernah ia lakukan sebelumnya
karena sangat mahal. (Barangkali karena itu ia bukannya tak
cemburu waktu Ibu dulu lifting dengan mobil orang). Mobil
carter itu berhenti di muka gang. ayah memegangi Ibu berjalan
sangat pelan menuju rumah.
Sejak itu untuk waktu lama sekali Ibu berbaring terus di
tempat tidur. Sejak itu aku terbiasa dengan kata bloeding (kata
yang kudengar di mobil tumpangan dulu) dan aku terbiasa
melihat darah dalam pispot yang dibersihkan oleh ayah. Dan
sebentar kemudian aku terbiasa pula membersihkan darah
dalam pispot itu bergantian dengan ayah. Pernah ayah mem-
bungkus gumpalan darah itu dalam kain dan menguburkannya
dengan baik di halaman rumah kami.
Sejak itu aku terbiasa dengan tugas baru yang ku terima
di usia tujuh tahun ini. Yaitu, mengosongkan pispot di su ngai
dan membersihkannya dengan daun bluntas jika ayah se dang
pergi kerja. Karena ayah berangkat ke kantor pagi-pagi, aku lah
yang menyalakan kompor minyak untuk menyiapkan ma kan
siang. aku tahu bagaimana membuat api biru pada kom por mi -
nyak. Tinggi sumbunya harus digunting agar pas betul dengan
mulutnya. Sumbu yang terlalu panjang akan menyebabkan api
73
Enrico_koreksi2.indd 73 1/24/12 3:03:53 PM