Page 87 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 87
Ce r i t a Ci n t a E n r i c o
masih lima jalan enam tahun. lebih lagi, betapa ingin aku
men jadi anggota geng. Ini adalah ujian pertamaku. aku tahu
ibuku tidak akan bahagia dengan ujian ini. Maka, diam-diam
aku mengambil seekor dari ayam-ayamku. Ibuku tidak akan
curiga asal aku melakukannya dengan hati-hati. aku biasa
me masukkan telunjukku ke bokong ayam-ayamku untuk me-
meriksa apakah telurnya sudah keras atau belum. Itu adalah
salah satu tugas yang diberikan Ibu padaku. ayam yang siap
bertelur dibiarkan dalam petarangan. Yang belum ada telur
dikeluarkan agar tidak mengacau dan memecahkan telur
ayam lain. Jadi, sekarang aku melakukan pemeriksaan dengan
burungku. Begitu saja.
Tapi, karena aku lain dari semua anak di tangsi—baju ku
bagus (dijahit sendiri oleh Ibu), bukuku banyak, aku punya
akordeon—mereka menuntut lebih dariku. Mereka sering
me nyuruh aku meminjamkan ayamku untuk inisiasi anak-
bawang. Tentu saja aku tak bisa menolak. Tapi aku meng ingat-
kan mereka agar melakukannya dengan baik. Ya, seperti jika
me me riksa apakah telur di dalam pantat ayam itu sudah siap
atau belum. Jika kita melakukannya dengan kalem, ayam-ayam
itu diam saja. Jika tidak, ayam itu akan marah dan berteriak-
teriak. Kelak aku tahu, itulah pelajaran pertamaku, yang
kupelajari dari pekerjaanku sendiri, dari ayam-ayamku, bukan
dari anak-anak tangsi. Dan justru akulah yang mengajari
mereka, bahwa untuk bisa memasukkan sesuatumu ke dalam
sesuatu yang lain, kau harus melakukannya dengan sejenis
rasa hormat pada yang memiliki sesuatu yang lain itu.
81
Enrico_koreksi2.indd 81 1/24/12 3:03:53 PM