Page 86 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 86
a yu Utami
“Hey, Rico! Kamu sudah bisa mencelikkan burungmu
belum?”
Seorang anak yang sudah besar melorotkan celana nya
dan memperlihatkan bagaimana ia “mencelikkan burungnya”.
Dengan takjub aku melihat ada kepala lain di ujung burung nya,
yang semula tersembunyi di dalam. Makhluk itu bisa keluar-
masuk sembari tangan anak itu menarik atau menguncup kan
kulit di ujung kepala itu. Kepala lain itu diselaputi putih-putih.
Seorang anak lagi membuka kancing celananya juga untuk
melakukan hal yang sama. Ternyata ia tidak bisa melakukan-
nya. Kulit di pucuk burungnya tidak bisa ditarik ke belakang.
anak itu menjerit kesakitan. anak-anak lain tertawa. Tahulah
aku bahwa tidak semua anak bisa “mencelikkan burung”.
Tapi itu bukan ujian pertama yang sesungguhnya. Itu ha-
nya syarat awal bagi tes yang pertama. aku bisa mencelikkan
bu rungku. Bersamaan dengan itu burungku bisa mengeras.
aku lulus prasyarat untuk mendengarkan soal ujian pertama
yang sesungguhnya.
“Rico, kamu kalah sama si Untung. Si Untung saja sudah
bisa!” kata anak yang telah besar.
“Bisa apa?” tanyaku penasaran, sebab si Untung ini lebih
kecil setahun dari aku. Dia umur lima jalan enam.
“ngembot ayam! Masa kamu gak tahu?” Mereka bilang, ba-
gaimana mungkin aku tidak tahu itu padahal aku punya ba-
nyak ayam. Ibuku memang beternak ayam petelur sekarang.
Dan aku sudah ikut bertugas merawat ayam-ayam itu. lalu
mereka bilang bahwa aku harus memasukkan burungku ke
dalam pantat ayam dan menceritakan rasanya.
“Kalau sudah, baru kamu bisa kita anggap.”
Tentu saja aku tidak mau kalah dengan si Untung yang
80
Enrico_koreksi2.indd 80 1/24/12 3:03:53 PM