Page 92 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 92
a yu Utami
aku sungguh-sungguh terhibur dari rasa gagalku pada ujian
kedua. Kulihat si Untung ada di lori kebeberapa di belakangku.
Ia akhirnya berhasil melompat juga. Rel perlahan menurun,
tanda bahwa sak-sak semen ini akan segera didaratkan di
Teluk Bayur.
Kami berhenti di satu tempat sebelum pelabuhan. Dari
sana kami berjalan kaki ke Padang. Kami pulang menjelang
matahari terbenam. Ibuku sangat marah sebab aku hilang dan
tidak makan seharian.
Ibuku juga sebal melihat aku menjelma bocah lelaki
dengan borok di sana-sini. Kami memang suka mencebur
ke sungai yang jadi tempat pembuangan segala ampas kota
se hingga penyakit kulit dan bisul hampir selalu menghiasi
kaki kami. gerombolan kami punya cara memecahkan bisul
dan mem bersihkan nanahnya jika borok itu telah demikian
parah. Biasanya, borok mudah pecah jika kita renang di laut
cukup lama. Tapi, jika renang di laut tidak membersihkan
borokmu, maka beginilah: anak yang bisulnya telah bermata
akan dipegangi ramai-ramai. Di mata bisul itu kami taburkan
beberapa butir nasi atau beras. Seorang anak lain akan
memanggil ayam dan mendekatkan kepala ayam itu kepada
mata bisul yang telah ditaburi beras. Dengan segera ayam itu
akan mematuki beras dan, tanpa sengaja, memecahkan bisul.
Si ayam akan menghabisi beras sekaligus nanah kuning-hijau
pada borok itu sampai bersih. Tentu saja si pemilik bisul
akan meraung dan meronta. Untuk itu ia sejak tadi dipegangi.
Operasi ini adalah hal seru bagiku.
Ibuku marah jika tahu bahwa aku menjadi pasien operasi
begini. Ia akan menyelesaikan operasi itu dengan operasinya
sendiri. Ia akan membersihkan borokku dengan mengoretnya
86
Enrico_koreksi2.indd 86 1/24/12 3:03:53 PM