Page 97 - Cerita Cinta Enrico by Ayu Utami
P. 97
Ce r i t a Ci n t a E n r i c o
masih kerap muncul dalam mimpi-mimpi indahku sampai
tua nanti. aku berbaring di atas pohon sambil memandangi
buah jambu yang sudah kuamankan dengan sak semen. aku
berenang di sungai besar di belakang rumah bersama ayah.
Ireng melahirkan di musim hujan. Ketika Ireng melahirkan
anak-anaknya, nun jauh di Pulau Jawa, lahirlah seorang bayi
perempuan. Pada tangal 21 november... tapi tentang ini nanti
dulu saja.
Di tempat itu aku memulai hidup baru yang “lebih ber-
adab”. Setidaknya, terjauhkan dari kecenderungan kekeras an
anak-kolong. aku tidak tertarik untuk bermain dengan anak
kampung di sekitar rumah baruku. Selain karena aku pen-
datang, mereka tak memiliki semangat korps yang dimiliki
anak asrama. ayahku segera mengisi segala kekosongan yang
mungkin terjadi padaku. Ia sering sekali mengajak aku non-
ton film atau tamasya ke luar kota dengan motor Ducattinya
(pada zaman itu belum ada kendaraan Jepang). aku hapal
bau keringat di punggungnya yang terasa hangat dan nya man
buat ku. Pada periode ini, ibuku mulai tersingkir dari hubung-
an kami berdua. atau, barangkali dia juga yang menyingkirkan
dirinya sendiri...
Tak pernah satu hari pun lewat tanpa Ibu menyebut “Hari
Kiamat” atau “Dunia Baru”. Khasiar sang Pengkabar telah
men jadi tamu tetap kami. atau, tepatnya tamu tetap ibuku. Ia
tak lagi datang sendiri. Ia mulai didampingi tamu-tamu lain.
Ibuku mulai tak hanya menerima kunjungan, tetapi juga pergi
berkunjung. Ibuku mulai pergi berhimpun. Sesungguh nya,
teman-teman baru Ibu itu baik dan menyenangkan semua.
Hanya ibuku yang menjengkelkan.
91
Enrico_koreksi2.indd 91 1/24/12 3:03:53 PM