Page 91 - oke mutiara kebun sawit
P. 91
kemudian ada suara parau mencoba memanggil
suaranya tak asing di telingaku, ternyata benar itu
suara Warsito.
“buatkan aku kopi pahit, ini uangnya?” ini
adalah kali pertama ia mengeluarkan uang untuk
segelas kopi.
“tapi kedai sudah tutup.” jawabku wajahnya
penuh lebam kiri kanan seperti benturan bogem tapi
bukanya Warsito tak memiliki musuh.
“sudah tak apa buatkan saja aku tunggu di
pojok sana.” Suaranya setengah memaksa
kemudian Wak Amir memberikan isyarat padaku
untuk membuat kopi. Warsito nampaknya begitu
kelelahan, tanganku terus meracik kopi namun
mataku terus memandangi Warsito. Ada apa ini
kenapa ia memar-memar otaku terus diliputi
87 | M u t i a r a K e b u n S a w i t