Page 241 - PDF Compressor
P. 241

pertelevisian tersebut tidak menumbuhkan industri pendukung maupun
                     lapangan pekerjaan di daerah luar Jakarta.
                            Hal  itu  tentu  terjadi  juga  di  Jawa  Barat  yang  notabene  jumlah
                     ‚korban‛-nya akan lebih banyak ketimbang provinsi lain karena memiliki
                     penduduk  yang  besar,  jaraknya  lebih  dekat  dengan  Jakarta,  sehingga
                     kemungkinan menerima siaran televisi Jakarta akan lebih tinggi. Mereka
                     pun  berhak  mendapatkan  program  siaran  lokal;  mengenal  potensi-
                     potensi yang berada di sekitarnya. Jawa Barat pun merupakan wilayah
                     yang memiliki potensi sumber isi siaran yang sangat mungkin tidak kalah
                     menariknya dari konten ke-Jakarta-an.
                            Di  wilayah  Jawa  Barat  terdapat  lebih  dari  100  seni  budaya,  33
                     cagar budaya penting, 12 kampung adat, 30 musieum (Disparbud Jabar,
                     2015), dan sejumlah potensi lainnya yang sangat menarik untuk diangkat
                     ke  permukaan  menjadi  program  siaran  lokal,  termasuk  di  dalamnya
                     tempat wisata, baik wisata alam, wisata buatan, maupun wisata kuriner.
                            Potensi  tersebut  dapat  disajikan  menjadi  program  siaran
                     berkonten lokal yang berdimensi budaya popular dengan menggunakan
                     tenaga  profesional  lokal  melalui  PH  (Production  House)  lokal  yang  juga
                     kompetitif.  Program  siaran  lokal,  tidak  berarti  siaran  yang  berkonten
                     lokal  saja.  UU  Penyiaran  dan  P3  SPS  pun  menyuratkan  tentang
                     pemanfaatan  sumber  daya  lokal,  termasuk  di  dalamnya  SDM  (Sumber
                     Daya Manusia). Sasaran utama sistem penyiaran berjaringan di antaranya
                     selain  lahirnya  program  siaran  berkonten  lokal,  juga  memberikan
                     kesempatan pada kreator-kreator lokal untuk eksis dan berkiprah.
                            Kendati dalam frame lain, program siaran pun harus memiliki visi
                     finansial, artinya konten siaran apapun akan layak tampil jika memiliki
                     nilai keuntungan ekonomis. Oleh karena itu, lembaga penyiaran pun kini
                     kerapkali  disebut  industri  penyiaran  karena  di  dalamnya  dominan  visi
                     finansial.  Padahal  harus  diingat,  baik  secara  teoretis  maupun  historis,
                     lahirnya media massa, termasuk di dalamnya media penyiaran berangkat
                     dari visi ideal untuk memberikan layanan pada publik, baik dalam fungsi
                     informasi, pendidikan, hiburan, kontrol sosial, pewaris budaya, pencatat
                     sejarah, dan kekinian muncul fungsi ekonomi.
                            Lahirnya  fungsi  ekonomi  mendorong  media  penyiaran  harus
                     memiliki keseimbangan visi antara ideal dan finansial, bukan melahirkan
                     dominasi serba nilai ekonomis, bahkan mendorong media kapitalis. Oleh
                     karena  itu,  isi  siaran  yang  sejatinya  dibutuhkan,  diinginkan,  dan
                     diharapkan      publik     yang     harus     diprioritaskan    sembari
                     menyeimbangkannya  dengan  aspek-aspek  nilai  ekonomis  yang  juga
                     penting bagi pembiayaan operasional lembaga penyiaran.


                                                       239
   236   237   238   239   240   241   242   243   244   245   246