Page 239 - PDF Compressor
P. 239
tidak ingin terulang pada Ramadhan tahun ini. Kita berharap para
pengelola televisi lebih bijak bahwa kebaikan apapun yang ditoreskannya
pasti akan dicatat dalam tinta emas sejarah. Apalagi jika keburukan yang
dibuat, pasti banyak orang akan mencatatnya dalam kekecewaan. \
Kendati para ilmuwan komunikasi punya tesis bahwa media
massa tidak ubahnya bagai pedang bermata dua. Media dengan
kekuatannya bisa menyatukan peradaban dunia dan media juga bisa
menjadi penghancur peradaban. Semoga televisi Indonesia justru bisa
menjadi penebar kebaikan. Salah satu prinsip yang harus terpenuhi
dalam membuat karya di media massa adalah S (safety). Para pengelola
televisi harus meyakini bahwa program acara yang disiarkannya aman,
baik bagi khalayak, bagi narasumber, bagi lembaga, maupun bagi pribadi
yang berkarya, sehingga esok lusa kita akan jujur bahwa televisi kita
memang hebat.
e. Konten Lokal di Lembaga Penyiaran
Sistem berjaringan dalam sistem penyiaran Indonesia
sebagaimana amanah Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran bukan hanya dimaksudkan pada tidak terjadinya monopoli
penguasaan lembaga penyiaran, tetapi juga untuk memberikan keadilan
pada lahirnya siaran-siaran yang berkonten lokal. Hal itu sangat urgen
ketika faktanya siaran nasional dikuasai oleh televisi Jakarta yang
notabene lebih didominasi oleh siaran berkonten Jabodetabek (Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi). Padahal, bicara Indonesia bukan
hanya Jabodetabek, tetapi seluruh Indonesia dari Sabang sampai
Merauke.
Lembaga Penyiaran Jakarta, terutama televisi merambah wilayah
siaran sebagian besar Indonesia karena memiliki daya jangkau siaran
nasional. Padahal, frekuensi yang mereka gunakan adalah milik publik
yang pengaturannya oleh Pemerintah dan pemanfaatannya harus
diperuntukan kepentingan publik. Oleh karena itu, isi siaran yang
ditayangkan oleh televisi Jakarta seharusnya bermuatan siaran yang juga
mencerminkan kebutuhan, keinginan, dan harapan seluruh publik di
Indonesia.
Seperti halnya siaran 15 televisi Jakarta yang nyaris memasuki
seluruh wilayah Jawa Barat karena wilayah terdekat. Selain masyarakat
Jawa Barat merupakan konsumen produktif dengan jumlah penduduk
sangat gemuk; seperlima penduduk Indonesia ada di Jawa Barat. Oleh
karena itu, isi siaran televisi Jakarta yang menjangkau Jawa Barat
seharusnya memberikan porsi konten lokal ke-Jawa Barat-an yang
proporsional.
237