Page 69 - PDF Compressor
P. 69

proyek  televisi.  Sejak  tahun  1962,  Televisi  Republik  Indonesia  muncul
                     dengan teknologi layar hitam putih.
                            Pada  1  Oktober  1965,  Panglima  Daerah  Militer  Jakarta  Raya,
                     Jenderal Umar Wirahadikusumah, mengizinkan dua harian ABRI untuk
                     terbitan,  yaitu  harian  Berita  Yudha  pimpinan  Kepala  Pusat  Penerangan
                     AD Ibnusubroto bersama wartawan asal harian Berita Indonesia dipimpin
                     S.H.  Wibowo  dan  Angkatan  Bersenjata  yang  dipimpin  Kepala  Pusat
                     Penerangan ABRI Sugandhi. Terbit juga harian Duta Masyarakat pimpinan
                     H.  Mahbub  Djunaidi  dan  Duta  Revolusi  (keduanya  media  NU),  Kompas
                     pimpinan  PK  Ojong  dan  Jakob  Oetama  (didukung  Partai  Katolik),  dan
                     Sinar  Harapan  pimpinan  JCT  Simorangkir,  H.G.  Rorimpandey,  dll.
                     (didukung  Parkindo).  Para  wartawan  harian  Merdeka  memperoleh  izin
                     menerbitkan surat kabar API dengan berafiliasi pada partai IPKI (tetapi
                     akhir November 1965 Departemen Penerangan mencabut izin terbitnya).
                     Harian-harian  baru  antara  lain  adalah  Harian  Kami  pimpinan  Nono
                     Anwar Makarim dan Zulharmans, Karya Bakti pimpinan Syech Marhaban.
                     Kantor Berita Nasional Indonesia (KNI) yang baru juga mulai berkiprah.
                     Merdeka  pimpinan  B.M.  Diah,  Indonesian  Observer  pimpinan  Herawati
                     Diah, Soetomo Satiman dan Tribuana Said dan Berita Indonesia pimpinan
                     Soemantoro  diterbitkan  kembali,  ditambah  koran-koran  baru  seperti
                     Suluh Marhaen pimpinan Manai Sophiaan, harian Berita Djajakarta, Operasi
                     pimpinan Bachtiar Djamily, mingguan  Populer pimpinan T. Yousli Syah
                     yang  kemudian  menerbitkan  harian  Media  Indonesia  (terakhir  dipimpin
                     Surya Paloh).
                            Di  Surabaya,  terbit  lagi  harian  Surabaya  Post  pimpinan  A.  Azis,
                     Djawa Post pimpinan S. Tedjo, Suara Rakyat pimpinan Suprapto. Di Ujung
                     Pandang tercatat surat kabar Pedoman Rakyat pimpinan L.E. Manuhua,  di
                     Semarang terbit kembali Suara Merdeka pimpinan Hetami, di Yogyakarta
                     Kedaulatan  Rakyat  pimpinan  Samawi  dan  M.  Wonohito  (sebelumnya
                     sempat  bernama  Dwikora).  Di  Medan,  penerbit  Waspada  mendirikan
                     Harian  Kesatuan  pimpinan  Ani  Idrus  sebelum  kembali  menerbitkan
                     Waspada. Juga terbit Mimbar Umum pimpinan Arif Lubis dan koran baru
                     Proklamasi  pimpinan  T.D.  Pardede.  Di  Bandung,  Sakti  Alamsjah  dan
                     Atang Ruswita menerbitkan kembali  Pikiran Rakyat. Ini adalah sebagian
                     kecil dari penerbitan pers yang tumbuh antara 1966 dan 1982. Pada tahun
                     1966  terdaftar  sebanyak  130  penerbitan  pers.  Pada  tahun  1982  jumlah
                     harian turun menjadi 95, sedangkan yang mampu terbit sesuai ketentuan
                     perizinan hanya 51 harian. Menjelang akhir Orde Baru terdaftar sebanyak
                     71 harian.


                                                        67
   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74