Page 72 - PDF Compressor
P. 72

Kemudian,  ketergantungan  itu  berimplikasi  pada  pembinaan
                     pribadi wartawan. Pembinaan wartawan dipengaruhi oleh garis ideologi
                     yang  dianut  sistem  politik  seperti  tampak  dalam  Kepribadian  Wartawan
                     Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Kode Etik Jurnalistik. Selain itu,
                     wartawan Indonesia harus memiliki kepribadian yang bertakwa kepada
                     Tuhan Yang Maha Esa, bersifat kesatria, menjunjung tinggi hak-hak azasi
                     manusia, dan berjuang untuk emansipasi bangsa dalam segala lapangan.
                     Wartawan Indonesia pun dituntut untuk menampilkan kepribadian yang
                     berjiwa Pancasila dan taat pada Undang-Undang Dasar 1945.
                            Pembelengguan seperti itu menampakkan bahwa ketergantungan
                     sistem  pers  pada  sistem  politik  secara  berlebihan  dapat  berakibat  tidak
                     baik  terhadap  pilihan  jenis  dan  kandungan  materi  berita.  Berita  yang
                     disajikan  dapat  dipastikan  sulit  keluar  dari  kerangka  ideologis  dan
                     kebijakan  yang  digariskan  pemegang  kekuasaan.  Jika  menyimpang,
                     berbagai  kemungkinan  kurang  menguntungkan  akan  menimpa
                     kehidupan  pers  tersebut,  misalnya,  mendapat  teguran  keras,  gugatan
                     melalui pengadilan atau kalau pada masa Orde Baru terjadi pembredelan,
                     seperti  yang menimpa  Majalah  Sastra  tahun  1968,  Harian  Sinar  Indonesia
                     Baru  1976,  Majalah  Monitor  1991  dan  yang  terakhir  menimpa  Majalah
                     Tempo.
                            e. Era Reformasi
                            Krisis  ekonomi  di  Asia  pada  tahun  1997  bertindak  sebagai
                     katalisator bag berakhirnya kekuasaan politik Orde Baru. Berbulan-bulan
                     presiden  harus  menghadapi  protes,  terutama  berakar  dari  kalangan
                     mahasiswa,  yang  puncaknya  terjadi  di  Jakarta  yang  dikenal  dengan
                     peristiwa  berdarah  terhadap  kaum  minoritas  keturunan  Cina  yang
                     selama  ini  dianggap  mendapat  keistimewaan.  Selain  lengsernya  rezim
                     Orde  Baru,  para  demonstran  menuntut  pelaksanaan  demokrasi,  seperti
                     kebebasan pers dan kebebasan serikat pekerja.
                            Setelah kerusuhan Mei 1998, akhirnya Presiden Suharto mundur
                     dari  jabatannya.  Sampai  Pemilu  1999  Indonesia  dipimpin  oleh  B.J.
                     Habibie,  yang  sebelumnya  menjabat  wakil  presiden.  Saat  itulah
                     pemberian  SIUPP  mulai  lebih  mudah.  Bahkan,  tahun  1999  dikeluarkan
                     Undang-Undang  No.  40  Tahun  1999  yang  mengakhiri  kewajiban
                     memiliki  SIUPP  dan  setahun  kemudian,  pada  masa  Pemerintahan
                     Presiden KH. Abdurahman Wahid Departemen Penerangan dibubarkan.
                            Namun  sayang,  pada  masa  reformasi  itu,  nasib  media  massa
                     nasional pun tidak beranjak lebih baik. Kendati telah diadakan perubahan
                     peraturan  dengan  dikeluarkannya  Undang-Undang  No.  40  tahun  1999.
                     Bahkan,  dapat  diindikasikan  kondisi  media  massa  nasional  di  era
                     reformasi lebih  buruk.  Krisis multidimensional  yang mendera  Republik
                                                        70
   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77