Page 86 - PDF Compressor
P. 86

menjalankan peranannya.
                            Namun,  itulah  posisi  pers  yang  baik,  yakni  pers  yang  menjaga
                     peranannya dalam kondisi netral, sehingga dinamisi selalu terjadi. Netral
                     dalam konteks ini, bukan berarti pers tidak memihak; pers harus selalu
                     memihak pada kebenaran. Ketika, kebijakan pemerintah melenceng dari
                     kebenaran,  maka  sebuah  keharusan  pers  untuk  berseberangan  prinsip,
                     bahkan  mungkin  melakukan  ‚perlawanan‛.  Hal  yang  sama  dapat
                     dijalankan  dalam  hubungan  pers  dengan  masyarakat.  Kendati  faktanya
                     ada  juga  pers  nasional  yang  cenderung  berpihak  pada  penguasa,
                     pengusaha (pemilik modal) atau menjadi pers yang partisan. Itulah fakta
                     sejarah  yang  tidak  selamanya  menggambarkan  sisi  kebaikan,  tetapi
                     kadang keburukan pun terjadi.
                            Peranan  per  Indonesia  mengalami  perubahan  sesuai  dengan
                     perkembangan  sejarah  negara  dalam  sistem  politik  yang  berlaku  pada
                     setiap periode. Namun, dalam segala perubahan dan perkembangan itu,
                     pers  Indonesia  memiliki  karakter  yang  konstan,  yaitu  komitmen  sosial
                     politik  yang  kuat.  Pers  Indonesia  sepanjang  sejrahnya,  tidak  pernah
                     sekadar  berisi  berita-berita  ringan  yang  misalnya,  hanya  melaporkan
                     kejadian  di  bidang  kriminal,  seks,  sensasi,  dan  kejadian-kejadian  besar
                     lainnya  yang  termasuk  kategori  spot  news.  Tema  yang  lebih  menonjol
                     adalah  berita  dan  analisis  yang  menyangkut  kehidupan  sosial,  politik,
                     ekonomi, dan budaya.
                            Peran  pers  nasional  di  Indonesia  secara  formal  termuat  dari
                     undang-undang  yang  mengatur  keberadaan  pers  di  Indonesia.  Oleh
                     karena itu, untuk mengungkap peran pers perlu membongkar isi undang-
                     undang dari mulai Undang-Undang No. 11 Tahun 1966, Undang-Undang
                     No.  4  Tahun  1967,  Undang-Undang  No.  21  Tahun  1982,  dan  Undang-
                     Undang No. 40 Tahun 1999. Namun, sayang dalam Undang-Undang No.
                     11  Tahun  1966  tidak  tercantum  secara  eksplisit  tentang  peran  pers
                     nasional  hanya  dalam  Pasal  2  dijelaskan  secara  tersurat  bahwa  pers
                     nasional adalah alat  revolusi dan merupakan mass media yang bersifat
                     aktif,   dinamis   kreatif,   informatoris,   dan   mempunyai     fungsi
                     kemasyarakatan pendorong dan pemupuk daya pikir kritis dan progresif
                     meliputi  segala  perwujudan  kehidupan  masyarakat  Indoensia.  Apalagi
                     dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1967, sama sekali tidak tersurat atau
                     tersirat tentang peranan pers Indonesia karena undang-undang ini hanya
                     menambahkan satu pasal perubahan.
                            Undang-Undang  No.  21  Tahun  1982,  kendati  instilah  ‚peranan
                     pers‛  disebut-sebut,  tetapi  tidak  menyuratkan  secara  langsung  tengang
                     peranan  pers  Indonesia.  Hanya,  pada  pasal-pasal  sebelumnya  muncul
                     istilah-istilah yang dapat dianalogikan sebagi peran pers Indonesia pada
                                                        84
   81   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91