Page 217 - BUMI TERE LIYE
P. 217
TereLiye “Bumi” 214
LO memberikan segelas air segar. Aku menghabiskannya dalam
sekali minum—tidak peduli bentuk gelasnya seperti sepatu mons-ter.
”Apakah kamu yang mengirim benda besar dari duniamu, yang
menghantam dua tiang rumah di dunia ini?” Av bertanya, se-telah ruangan
lengang sejenak.
Aku mengangguk. Aku sebenarnya tidak terlalu mendengar kan
per-tanyaan Av, kepalaku masih dipenuhi hal lain. Bahkan kepala-ku dengan
sempurna membayangkan Mama yang tersenyum di meja makan. Papa yang
bercerita bijak di mobil menuju sekolah. Bagaimana mungkin?
”Kenapa kamu melakukannya?” Av bertanya.
Aku diam, menyeka peluh di dahi.
”Ini pertanyaan penting, Gadis Kecil. Jawaban yang kamu berikan
mungkin bisa menjelaskan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Baik, akan
kubantu agar kamu bisa lebih fokus dan tenang.” Av memegang lembut
tanganku. Sentuhan itu terasa hangat, menjalar ke seluruh tubuh,
membuat perasaanku terasa ringan. Konsentrasiku membaik cepat.
Av tersenyum. ”Kenapa kamu melakukannya, Nak?”
”Karena kami dalam bahaya,” aku menjawab pelan, suasana hatiku
membaik.
Aku tidak punya banyak pilihan. Dalam situasi yang semakin
membingungkan, bercerita lengkap akan lebih baik. Maka aku mulai
menceritakan kejadian di belakang sekolah. Ketika gardu listrik meledak,
kecelakaan, aku terpaksa menghilangkan tiang listrik itu. Kami lari ke dalam
aula. Di aula datang delapan orang bersama sosok tinggi kurus itu, yang
memaksaku ikut dengannya. Juga saat Miss Selena datang menyelamat kan
kami, me--nyuruhku memeriksa buku PR matematikaku yang
diberi-kan-nya beberapa hari lalu. Kami berpindah dari aula sekolah
http://cariinformasi.com