Page 257 - BUMI TERE LIYE
P. 257

TereLiye “Bumi” 254



                  vertikal,  diagonal,  melintang,  melintas  ke mana-mana.  Perlintasan  jalur
                  hingga  dua  belas  lorong  bertemu  sekaligus  ada  di mana-mana.

                         Demi  melihat  para  pengejar,  Ilo  memutuskan  mengambil  jalur  lain.
                  Kapsul  yang  kami  naiki  melesat,  menukik  ke bawah.

                         ”Berpegangan  lebih  erat, anak­anak.  Ini sudah  bukan  permainan  lagi,”
                  Ilo  berseru.

                         Aku  mengeluh  dalam  hati.  Sejak  tadi  juga  ini  bukan  game.

                         Dua  titik  biru  dengan  segera  menyusul  kami  di  belakang.  Mereka
                  sepertinya  membersihkan  jalur  kapsul  penumpang  lewat  pusat  pengendali
                  kereta  bawah  tanah.  Titik-titik  merah  bergerak  ke wilayah  lain,   menyisakan
                  lorong-lorong  kosong  di  sekitar  kami.  Entahlah  apakah   itu  baik  atau  buruk
                  bagi  kami.

                         ”Mereka  menggunakan  kapsul  tempur.”  Ilo  menyeka  dahi  yang
                  berpeluh.  ”Kapsul  mereka  jauh  lebih  cepat  dibanding  kapsul  penumpang.”


                         Aku  mendongak,  menatap  Ilo  cemas.  Kapsul  yang  kami  naiki  terus
                  berdesing  melintasi  lorong-lorong  gelap,  berbelok  mulus  ke  kiri,  kanan,
                  melesat  naik,  turun.  Setinggi  apa  pun  Ilo  menambah  kecepatan,  dua  titik
                  biru  itu  terus mendekat.  Ilo mendengus   tegang.   Tangannya  mencengkeram
                  kemudi  lebih  erat.


                         Dua  belas  detik  berlalu,  dua  titik  biru  persis  telah  berada   di  belakang
                  kami.

                         ”Peringatan  pertama!  Kepada  penumpang  kapsul  dengan  register  D­
                  210579,  kami  perintahkan  kalian  untuk  segera  me-nepi.  Atau  kami  terpaksa
                  melepas  tembakan.”  Speaker  di  dalam  kapsul  kami  berbunyi.



                         ”Bagaimana  ini?”  Aku  menatap  Ilo.

                         Ilo  menggeleng.  Dia  justru  menggerakkan  tuas  kemudi  ke  kanan.
                  Kapsul  yang  kami  naiki  berputar  cepat,  belok  dengan  tajam  masuk  ke lorong
                  kanan.  Satu  titik  biru  yang  tidak  men-duga  kami  berbelok  melaju  lurus,  tapi
                  yang  di  belakang  masih  sempat  ikut  berbelok.





                                                                            http://cariinformasi.com
   252   253   254   255   256   257   258   259   260   261   262