Page 62 - BUMI TERE LIYE
P. 62

TereLiye “Bumi” 59



                         ”Sarapan  kok.  Selalu.”  Seli  menyendok  dua  potong   batagor   sekaligus.
                  ”Lapar  saja.  Pelajaran  Miss  Keriting  menghabiskan  banyak  energi,  Ra.”

                         Aku  tertawa,  mengangguk  setuju,  meraih  piringku.

                         ”Kamu  tahu  tidak,  rambut  Miss  Keriting  itu  asli  keriting  atau
                  bohongan?”  Aku  asal  comot  ide percakapan,  tiga  menit  setelah  diam,  karena
                  Seli  asyik  sekali  dengan  batagornya.

                         ”Eh?”  Dahi  Seli  terlipat.  ”Rambut  asli,  kan?  Memangnya  wig,  Ra?”

                         Aku  mengangkat  bahu.  Aku  juga  bertanya.  Penasaran  gara-gar a
                  ucapan  Ali  tadi  pagi.  Dua  gelas  es  jeruk  dikirimkan  ke meja  kami.  Seli  ber-
                  hah  kepedasan,  bilang  terima  kasih.

                         ”Kamu  sekarang  jerawatan  ya, Ra?”  Seli  menyelidik,  menatap  jidatku,
                  sambil  meneguk  sepertiga  isi  gelasnya.


                         Eh?  Aku  refleks  menyentuh  jidat  yang  ditatap  Seli.  Jadi  ingat  lagi  tadi
                  pagi  diumpat  Ali.  Benar,  ternyata  di  jidatku  ada  benjol  kecil.  Aku
                  mengangkat  sendok,  melihat  bayangan  jerawat  di  jidat.  Aku  mengeluh.


                         Sebenarnya  aku  tidak  jerawatan.  Jerawat  seperti  ini  selalu  muncu l
                  kalau  aku  lagi  banyak  pikiran.  Sepertinya,  memikirkan  kejadian  si  Hitam
                  hilang  dan  masalah  kantor  Papa  semalaman  sukses   membuatku  berjerawat ,
                  merekah  seperti  jamur  pada  pagi  penghujan.

                         ”Itu bakal  jadi  jerawat  besar  lho,  Ra.”

                         Aku  memegang-megang  jerawatku,  memang  terasa  besar.

                         Seli  menepis  tangan­ku.  ”Jangan  dipegang,  Ra.  Nanti  tambah  besar.
                  Apalagi  kalau  kamu  pencet-pencet,  nanti  bisa  pecah  dan  beranak-pinak,  jadi
                  tambah  banyak.  Horor,  Ra.”  Wajah  Seli  serius  sekali—seperti  wajah  dokter
                  spesialis  kulit  dan  kecantikan  para  boyband  Korea  yang  digemarinya.


                         Aku melotot.  Bukannya  menghibur  teman  yang  jerawatan,  Seli   malah
                  menakut-nakuti.  Apa  mau  dikata,  usiaku  masih  lima  belas  tahun,











                                                                            http://cariinformasi.com
   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67