Page 65 - BUMI TERE LIYE
P. 65
TereLiye “Bumi” 62
KU boleh mengerjakan PR bahasa Indonesia nanti sore di
rumahmu ya, Ra?” Seli memegang lenganku. Kami dalam perjalanan
pulang sekolah. Angkutan umum yang kami tumpangi penuh.
Aku menoleh. ”Di rumahku?”
”Kamu yang paling pandai di kelas soal bahasa, Ra. Meskipun Ali bisa
membuat mobil terbang, tidak mungkin aku belajar mengarang dengannya.
Aku belajar di rumahmu saja, ya? Boleh?” Seli memajukan bibirnya.
Aku berpikir sejenak. ”Oke deh.”
”Trims, Ra. Nanti sore jam setengah tiga, ya. Biar nggak kemalama n
pulang.” Seli tersenyum riang.
Angkutan umum terus mengambil jalur kiri, merangsek macet,
membuat tambah macet—meski penumpang seperti kami senang-senan g
saja, jadi lebih cepat.
Aku tiba di rumah sesuai jadwal. Seli bilang dia saja yang traktir bayar
ongkos. Aku menggeleng, tapi Seli duluan berseru ke sopir. ”Nanti saya yang
bayar, Pak.” Aku tersenyum, turun dari angkot tanpa membayar.
Aku membuka gerbang pagar, melangkah di halaman rumput
terpangkas rapi, mendorong pintu, berseru memanggil Mama. ”Ra sudah
pulang, Ma!”
Lagi-lagi hanya si Putih yang riang berlari menuruni anak tangga
menyambutku, mengeong-ngeong antusias. Aku melepas sepatu,
melemparkannya sembarangan ke rak.
”Halo, Put.” Aku meraih kucingku, menggendongnya. Si Putih
menyundul-nyundulkan wajah manja. Bulu tebalnya terasa lembut di
lengan.
http://cariinformasi.com