Page 66 - BUMI TERE LIYE
P. 66

TereLiye “Bumi” 63



                         ”Si Hitam  belum  kembali  juga,  ya?” Aku menatap  sekitar,  me­meriksa.
                  Si Putih  mengeong  pelan.  Mata  bulatnya  bercahaya.

                         Aku berjalan  melewati  ruang  keluarga,  menuju  dapur.  Biasa-nya   baru
                  mendengar  pintu  didorong  pun  Mama  sudah  tahu  aku  yang  pulang,
                  menyuruh  bergegas  makan.  Tapi  kali  ini  tidak  ada   yang  menyambutku.  Aku
                  tahu  penyebabnya  saat  tiba  di  bela-kang  rumah.  Mama    dengan    tangan
                  penuh  busa  dan  rambut  berantak-an  sedang  mencuci  pakaian.


                         ”Kamu  sudah  pulang,  Ra?  Tidak  ada  pertemuan  Klub  Me­nulis?”
                  Mama  bertanya,  tangannya  tetap sibuk  mengucek  pakaian   di  dalam  ember
                  besar.

                         ”Eh,  kenapa  nggak  pakai  mesin  cuci  baru,  Ma?”  Aku  tidak  men­jawab,

                  sebaliknya  bertanya  sambil  menatap  bingung.

                         ”Mesin  cuci  baru  itu  rusak,  Ra.”  Suara  Mama  terdengar  sebal.  ”Dari
                  tadi  Mama  utak-atik,  tetap saja  tidak  menyala.  Awas  saja  kalau  mereka  tidak
                  datang  sore  ini,  bakal  Mama  tulis  ke semua  koran  bahwa  toko  elektronik  itu
                  tidak  becus.  Tega sekali  mereka  menjual  barang  rusak.”

                         Aku  terdiam  sejenak,  berusaha  mengerti  kalimat  Mama,  lantas

                  sejenak  tersenyum  kecil,  menahan  tawa.  Lihatlah,  wajah  Mama  yang
                  menggelembung  bete selalu  lucu.

                         ”Masa sudah rusak, Ma?”

                         ”Kamu  lihat  saja,  Ra.  Tuh,  sama  rusaknya  seperti  mesin  cuci  yang
                  lama.  Malah  lebih  parah.  Tidak  mau  dinyalakan  sama  sekali.”  Mama
                  menunjuk  pojok  belakang  rumah  dengan  jari  penuh  busa.  ”Mereka  janji
                  datang  sebelum  jam  tiga,  ditukar  dengan  mesin  cuci  yang  baru.   Tadi   Mama
                  sudah  ancam,  telat  satu  menit  pun,  Mama  akan  bikin  konferensi  pers.
                  Tantemu  kan  wartawan  televisi,  bila  perlu  Mama  masuk  liputan  berita.”

                         Aku  benar-benar  tertawa  sekarang.  Kalau  lagi  sebal,  Mama  suka
                  berlebihan.


                         ”Kenapa  malah  tertawa?  Sana  cepat  ganti  seragam.  Makan  siang.”
                  Mama  melotot.  ”Aduh,  masa  tiba  di rumah  langsung  main  dengan  kucing?








                                                                            http://cariinformasi.com
   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71