Page 119 - PDF Compressor
P. 119

head, you have feet in your shoes, you can steer yourself in any
                direction you choose”—tidak cukup kuat untuk menghilangkan
                signifikansi peristiwa tadi pagi. Iya, memang segitu tidak de-
                wasanya yours truly ini, sehingga filsuf yang kujadikan landas-
                an berpikir bukannya Socrates atau Plato atau siapalah yang
                sekelas itu, melainkan Dr. Seuss. Saat bicara tentang memutus-
                kan sesuatu, Dr. Seuss bilang: ”You’re on your own. And you
                know what you know. And YOU are the guy who’ll decide where
                to go.”
                  Atas apa yang terjadi tadi pagi, izinkan aku mengutip satu
                lagi dari penulis favoritku itu. Satu paragraf yang saat ini se-
                perti piringan hitam rusak menggema berulang-ulang di kepa-
                la ini.
                  ”I’m afraid that some times you’ll play games too. Games you
                can’t win ’cause you’ll play against you.”                 117
                  What happened this morning, you might wonder?
                  Ruly is back. In my life.
                  Gila  ya,  sepertinya  seluruh  sudut  alam  semesta  ini  tidak
                bisa membiarkanku hidup tenang. Menikmati rutinitas hidup-
                ku  yang  carefree  selama  enam  bulan  terakhir.  Bangun  pagi,
                sarapan, mandi, berpakaian, ke kantor, menjalani rapat demi
                rapat  diselingi  tawa-tawa  lucu  antara  aku  dan  teman-teman
                kantorku,  pulang,  menelepon  Panji  jika  perlu  hiburan,  atau
                siap-siap menerima kejutan manis—obvious but still sweet—se-
                tiap beberapa hari sekali dari make-out buddy-ku itu. My life
                is as easy as a Sunday morning.
                  But  no,  God,  You  have  to  mess  up  with  my  life,  don’t  you?
                Harus ya tadi pagi itu aku dipanggil ke rapat direksi, dan di
                ruangan  itu—selain  direksi  tentunya—sudah  ada  delapan
                orang lain yang mukanya tidak pernah kulihat, kecuali sesosok
                laki-laki di sudut meja yang tersenyum ke arahku. Senyuman








        Isi-antologi.indd   117                                      7/29/2011   2:15:20 PM
   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124