Page 137 - PDF Compressor
P. 137
membuat kopi sendiri. Makin ngantuk aja kalau cuma be-
ngong jadi pendengar siaran radio ”ikatan istri laki-laki korban
Farah Quinn” ini.
”Gue mau belajar masak supaya nanti malam waktu si
Panca pulang, gue bisa berdiri di dapur ini, in my lingerie I
might add, masak omelet jamur kesukaan dia!”
Udah sableng si Dinda ini. In her lingerie? Aku sih ogah
berisiko keciprat minyak di Agent Provocateur yang harganya
sama sekali nggak kitchen-friendly itu.
”Bukannya makanan favorit laki lo itu rawon setan ya,
Nyet?”
”Iya, tapi gila aja gue masak rawon. Bahannya apa aja gue
nggak tahu.”
Aku tertawa. ”Udah deh, Din,” aku akhirnya bangkit dan
mematikan TV dan menjauhkan Dinda dari meja dapur. 135
”Waktu Panca menikahi lo, dia juga udah tahu, kan dapur
bukan specialty lo. Dia bayar mahar mahal-mahal bukan kare-
na masakan lo terenak sedunia, kan?”
Dinda tetap ngomel-ngomel tapi menurut saat kugiring
menuju patio belakang rumahnya.
”Mending kita nikmati aja Sabtu pagi mendung-mendung
dingin ini,” aku menyelonjorkan kaki di sofa patio yang jadi
bagian favoritku dari rumah Dinda.
Dinda menghela napas, menyandarkan kepalanya ke sofa
setelah menyalakan iPod dock di sudut ruangan. Michael Bublé
is serenading us this morning.
”Eh, Caleb mana? Kangen juga gue sama anak lo.”
”Dipinjam kakek-neneknya dari kemarin siang, mau dibalik-
in ntar sore.”
”Bokap-nyokap lo?”
”Nggak. Panca.”
Isi-antologi.indd 135 7/29/2011 2:15:21 PM