Page 140 - PDF Compressor
P. 140
Dinda tercengang, mungkin setengah bingung, setengah
merasa aneh, atau setengah tidak mengerti, saat aku menceri-
takan semua yang terjadi selama lima bulan terakhir. Our
whole flirting routine yang—aku tidak tahu tepatnya kapan—
telah berubah menjadi rutinitas lain. Apa yang kami mulai
hanya sebagai adaptasi off-screen lagu Use Somebody-nya Kings
of Leon. Dan suara Anthony Caleb Followill, suara bariton
tajam itu, yang menggema di kepalaku setiap kali Panji ada
di depanku, tersenyum, memegang tanganku, tertawa, atau
menciumku sekalipun. I thought that was all I signed up for.
Sampai aku dan dia tiba di satu titik—yang, like I said, aku
tidak tahu kapan—di mana suara Anthony berhenti bergaung
di telingaku, dan yang ada hanya obrolanku dan Panji tentang
hari-hari tidak penting aku dan dia.
And the minute we stopped trying to impress each other is the
138
minute I know I was in trouble.
Dinda masih menatapku, menggeleng-gelengkan kepala,
dan menghela napas. ”Jadi elo, selama lima bulan ini, belum
tidur sama sekali dengan dia?”
Aku menggeleng.
”Dan si Panji, si Panji yang terkenal brengsek itu, masih
bersama lo?” Dinda memandangku tidak percaya.
Aku mengangguk.
”Tapi dia pasti nyoba-nyoba, kan?” makin penasaran aja si
Dinda ini.
”Ya iyalah, Nyet, dia laki-laki normal, kali,” kataku. ”Dua
bulan pertama constantly, yang selalu gue tolak dengan alasan
apa pun yang saat itu terpikirkan oleh gue. We did stuff, but
not that one.”
”Stuff-nya itu sampai mana maksud lo?”
”Buset, nggak penting, kali kayaknya, ya gue jelasin ke elo.”
Isi-antologi.indd 138 7/29/2011 2:15:21 PM