Page 314 - PDF Compressor
P. 314

kemudian  berceloteh  tentang  perjalanannya  ke  Surabaya
               sambil  memeluk  dan  menggiringku  ke  sofa.  TKP  aku  dan
               Ruly tadi malam.
                  ”Lagi mikirin apa, Key?” tanyanya waktu dia melihat wajah-
               ku yang entah bagaimana ekspresinya sekarang.
                  ”Nggak pa-pa, masih agak ngantuk aja,” cepat aku mema-
               sang senyum.
                  Panji  mencium  pipiku  sekali  lagi,  mengomentari  masalah
               insomniaku, lalu membuka dua kotak berisi french toasts dari
               kantong plastik yang dia bawa sambil terus bercerita tentang
               Surabaya dan urusan kantornya dan entah apa lagi. Sementara
               yang ada di pikiranku justru Ruly.
                  Ruly yang kucintai sejak empat tahun lebih yang lalu, Ruly
               yang dingin, Ruly yang apatis, sampai Ruly yang hangat seha-
               rian kemarin, dan Ruly yang panas yang akhirnya kurasakan
          312
               sendiri tadi malam. Ruly yang menguasai bibirku sampai aku
               hampir kehabisan napas—sorry for the exaggeration but damn,
               I  didn’t  know  that  guy  can  kiss  like  that. Kalau aku bercerita
               tentang  tadi  malam  ke  Dinda  nanti,  aku  pasti  akan  bilang
               sesuatu seperti, ”Gila ya, Din, gue sangka alim-alim kayak dia
               itu harus gue ajarin cara ciuman yang benar. Ternyata ya, gue
               aja  sampai  lemes  gini.” Aku  bisa  menebak  si  Dinda  gelo  itu
               lalu akan membalas dengan, ”Nggak usah cerita deh sama gue
               kalau cuma sampai ciuman doang udah lemes. Yang follow up
               setelah ciumannya bikin lemas juga nggak?”
                  Sorry to dissapoint you, Din, there’s no follow up, at least not
               the  kind  of  follow-up  that  you’re  imagining  in  your  dirty  head.
               Setelah entah berapa detik tadi malam itu, Ruly perlahan me-
               narik bibirnya dari bibirku, aku masih ingat betapa aku cuma
               bisa  diam  berusaha  mencerna  semua  itu  sambil  merasakan
               tangannya yang tetap memegang pipiku dan hangat embusan








        Isi-antologi.indd   312                                      7/29/2011   2:15:32 PM
   309   310   311   312   313   314   315   316   317   318   319