Page 56 - PDF Compressor
P. 56
dohan saat mem-book apartemen ini. Thank God different beds,
though. Yang bersyukur itu harusnya si Risjad ini, karena ka-
lau tempat tidurnya cuma satu, udah jelas dia bakal kuten-
dang untuk tidur di sofa.
”Nggak mungkin, secara temen lo si Harris itu Twitter-an
aja sepuluh menit sekali, pasti masih hidup kan kalo gitu,”
Ruly masih tertawa.
”What, I’ve been gone for three days and you’re tweeting
now?”
”Nggak lah, Key. Denise yang cerita sama gue.”
Dengan Denise, aku selalu merasa seperti terperangkap da-
lam drama Brad-Angelina-Jen. And I’m not the protagonist in
this story.
”Udah deh, nggak penting banget membahas Twitter-nya
si Harris malam-malam begini,” aku mengalihkan pembicara-
54
an. ”Lagi di mana, Rul? Kok belum tidur?”
”Ehm, gue sebenarnya lagi di rumah sakit.”
Dan Ruly bercerita tentang kecelakaan olahraganya, tangan
kanannya patah dan baru dioperasi tadi pagi.
”Tapi elo nggak pa-pa kan, Rul? Ih, Ruly, elo itu ya. Kok
nggak ngabarin gue?”
”Nggak pa-pa, Key. Gue nggak mau ngerepotin.”
”Ruly, masa sama gue aja ngomongnya ngerepotin. I’m
worried here.”
”Hehe, tuh kan jadi worried?” ujarnya. ”Gue nggak pa-pa.
Have fun aja di sana, ya? Ada Denise kok di sini.”
You and your Denise, Rul.
Aku sadar bahwa mungkin bagi kamu, she’s always the angel
and I’m always the bitch.
And I wonder why I keep doing this to myself.
Isi-antologi.indd 54 7/29/2011 2:15:16 PM