Page 57 - PDF Compressor
P. 57
* * *
H a r r i s
”Minum dulu nih, muka lo udah merah kebakar matahari
gitu.”
Gue akhirnya nggak tahan untuk nggak membubarkan
Keara dari kekalutan pikirannya—buset, omongan gue rapi
amat ya, ”kekalutan”. Gue sodorin aja sebotol air mineral, gila
mukanya udah merah banget dan dia tadi masih tetap bersi-
keras terus jalan kaki keliling Chinese Garden ini dan sibuk
sendiri motret-motret. Di bawah matahari dahsyat jam dua
belas siang begini. Untung manjur, dia langsung tersenyum,
mencopot earphone iPod-nya, dan menyambut uluran botol
dari gue. 55
”Thanks ya, Ris.”
I love how she always naturally blushes. Yang ini bukan seka-
dar line yang biasa gue ucapkan ke perempuan-perempuan
lain.
”Key, ngadem dulu yuk. Gila panas banget nih,” usul gue,
menggiringnya ke rumah-rumahan di tengah-tengah Bonsai
Garden.
Keara menurut, dan duduk bodohlah kami di teras rumah
itu. Danau buatan membentang di depan, berlindung dari
matahari yang makin terik. Dia meneguk air pelan-pelan, sam-
bil melihat-lihat layar kamera. Gue pengen banget bisa buat
dia ketawa sekarang, tapi gue belum berani. Dengan tampang
kusut dan jutek seperti itu, salah-salah bicara malah mampus
gue ntar, dikacangin sepanjang perjalanan ini.
”Elo nggak pa-pa kan, Key?” gue akhirnya bicara. Gue ya-
kin nada bicara gue kali ini penuh khawatir.
Isi-antologi.indd 55 7/29/2011 2:15:16 PM