Page 54 - PDF Compressor
P. 54

dulu, setiap ayahku pulang kantor, dia menyalakan stereo dan
               berbaring menutup mata, menikmati setiap dentingan piano
               dan  gesekan  cello  dan  biolanya  New  York  atau  London
               Philharmonic Orchestra. Seperti anak-anak normal yang lain,
               aku  pastinya  akan  lebih  semangat  menyambut  lagu  Unyil
               Unyil  Kucing  di  TV.  Jingkrak-jingkrak  nggak  jelas  dan  ikut
               menyanyikan  sekencang-kencangnya  lirik  Di  Mana  Anakku
               setiap si orang gila tak bernama muncul mengejar-ngejar Pak
               Ogah  dan  Ableh.  Kasihan  ya  anak-anak  sekarang  tahunya
               cuma Barney dan Bob The Builder.
                  But you see, my dad is the type that didn’t speak much. Jadi
               setiap dia pulang kerja, seringnya pukul delapan atau sembilan
               malam, father-and-daughter bonding ritual yang selalu kunanti-
               kan adalah naik ke pangkuannya dan meniru gayanya menu-
               tup mata mendengarkan alunan orkestra itu. Dan setiap ma-
          52
               lam,  ketika  ia  menyambutku  di  pangkuannya,  yang
               ditanyakannya hanya satu: ”Sudah bikin PR, Key?” Yang aku
               jawab  dengan  anggukan,  ”Sudah,  Yah.”  And  then  came  the
               Brahms and the Rachmaninoff and the Chopin.
                  Then—of course—came high school. The glorious high school
               years.  BFF   (ABG  banget  istilahnya  ya),  shopping,
                           14
               homecomings, proms, dan boys. Ritual malam musik klasik itu
               telah  lama  terlupakan.  Biarpun  begitu,  aku  masih  ingat  de-
               ngan jelas satu malam di ulang tahunku yang kedelapan belas,
               my  dear  old  man  menghadiahiku  album  Sogno-nya  Andrea
               Bocelli. Mungkin itu caranya mengingatkan bahwa walaupun
               udah nggak cool bagi remaja seumurku untuk hangout dengan
               ayahnya, dia akan selalu ada di sini buatku. Album itu, dan
               Romanza  dan  Verdi  dan  Sacred  Arias  yang  jadi  penyelamat



               14  BFF: best friends forever






        Isi-antologi.indd   52                                       7/29/2011   2:15:16 PM
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59