Page 76 - PDF Compressor
P. 76

But you didn’t.
                  Kamu hanya ingat percakapan kecil kita di gedung parkir
               kantor, dua bulan sebelumnya, saat kamu melihat aku sedang
               mengotak-atik  kamera,  dan  aku  berkata, ”Gue  perlu  motret
               malam ini juga, Rul, kalau nggak, bisa gila gue.”
                  Orang-orang zaman kolonial dulu punya kepercayaan bah-
               wa  minuman  beralkohol  adalah  aqua  vitae.  Air  kehidupan.
               Tapi dengan gelas keempat—Cosmopolitan—yang baru kupe-
               san di tanganku detik ini, Ruly, aku berharap bisa membunuh-
               mu dari kepalaku.
                  Three years is enough.
                  It’s enough.




               H a r r i s
          74

               Lewis Hamilton yang menang? Shit. Walaupun sebenarnya sejak
               Hamilton  berhasil  meraih  pole  position  saat  qualifying  Sabtu
               kemarin, gue udah bisa menebak bahwa si Hamilton itu bakal
               menang. Screw Kimi, lima besar aja kagak. Heran gue, secara di
               Monaco  yang  juga  street  circuit  aja  paling  nggak  dia  bisa  di
               urutan ketiga. Jadi malu gue berkeliaran di Circuit Park tadi
               dengan  kaus  merah  Ferrari  ini.  Pegangan  si  Ruly,  Jenson
               Button?  Finished fourth. Yang berarti gue harus menraktir si
                       19
               Ruly seminggu penuh pulang dari sini. Bagoooosss.
                  Keara could care less about the race, kecuali motret. Sepan-
               jang balapan dia sibuk dengan kameranya, dan hanya sesekali
               menoleh  dan  tersenyum  setiap  kali  gue  bersorak.  Buat  gue
               cukup.  Gue  belum  siap  dibuat  terkaget-kaget  lagi  dengan



               19  Jenson Button: pembalap tim Brawn-Mercedes






        Isi-antologi.indd   74                                       7/29/2011   2:15:17 PM
   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81