Page 77 - PDF Compressor
P. 77

unpredictability-nya dia itu. Tapi namanya juga Keara, setengah
                jam menjelang race berakhir tadi dia sudah heboh narik-narik
                gue. ”Ris, gue mau liat Backstreet Boys. Ke Padang sekarang
                yuk! Biar dapat di depan.” Yak betul sekali, saudara-saudara,
                cinta gue yang katanya cinta mati sama John Mayer itu ternya-
                ta nafsu juga mau lihat boyband. ”Idola gue zaman SMA, Ris,
                jangan  berisik  deh  lo  ngeledek  gue.”  Pasrahlah  gue  diseret
                Keara  kembali  ke  Padang  Stage—lapangan  dan  panggung
                tempat dipusatkannya semua post-race concerts—demi konser
                boyband itu (merusak reputasi gue banget ikutan nonton begi-
                nian). Dan coba tebak, saudara-saudara, ternyata begitu sam-
                pai di Padang Stage, gue dan Keara harus bergabung dengan
                seribu orang atau lebih yang memenuhi lapangan, menunggu
                dimulainya  konser  sambil  menonton  balapan  di  dua  giant
                screen yang dipasang di kiri dan kanan panggung. Sinting! Ini   75
                orang-orang sebenarnya mau nonton balapan atau mau non-
                ton  konser?  Oh,  elo  nanya  gue?  Kalau  gue  ya  jelas  nonton
                balapan! Tapi kalau cinta gue mintanya begini... hahaha I bet
                I’m making you sick already with the whole ”cinta gue” thing.
                  Seriously,  gue  kirain  si  Keara  bercanda  waktu  dia  bilang
                ngefans berat sama Backstreet Boys. Ternyata beneran, man!
                Begitu empat laki-laki yang nggak ada keren-kerennya itu—gila,
                elo mau bandingin gue dengan Nick whoever itu juga gantengan
                gue ke mana-mana—muncul di panggung dengan boxing robe
                bergaya  seperti  petinju  masuk  ring,  Keara  sih  masih  tenang.
                Begitu mulai nyanyi, anjiis. Nggak dia banget! Hafal liriknya
                sehafal-hafalnya kita dulu sama Pembukaan UUD 45 zaman
                SD. Yeah, her and the other hundred of girls here. Waktu gue
                ketawa  melihat  noraknya  dia,  malah  dicubit  gue.  ”Elo  yaa,
                daripada  ngetawain  gue,  mending  produktif  sana,  beliin  gue








        Isi-antologi.indd   75                                       7/29/2011   2:15:17 PM
   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82