Page 81 - PDF Compressor
P. 81

duduk  doang,  sana  di  apartemen  sambil  dengerin  dangdut.
                Turun ah, Ris!”




                H a r r i s


                Mungkin gue yang udah nggak sober. Mungkin gue yang udah
                pekak  karena  entakan  drum,  synthesizer,  gelegar  musik  yang
                menggema di telinga gue. Mungkin Keara memang sudah ber-
                hasil membuat gue kehilangan kewarasan. Saat ini, ketika dia
                merapatkan tubuhnya, memeluk gue, dan menyandarkan ke-
                palanya  di  bahu  gue,  gue  cuma  berharap  gue  beneran  Seal
                supaya  bisa  menyanyikan  lagu-lagu  cinta  di  telinga  Heidi
                Klum gue ini.
                  Woi,  orang-orang  genius,  teman-teman  SMA  tempat  gue   79
                nyontek dulu, yang bisa mengerjakan soal stereometri gila itu
                dalam  waktu  lima  belas  menit,  ada  yang  udah  jadi  rocket
                scientist atau ilmuwan yang menemukan mesin waktu, nggak?
                Coba bawa itu mesinnya ke sini. Mau ngapain? Orang bodoh
                juga tahu gue mau membekukan waktu ini. Malam terakhir
                di Singapura yang gue harap tidak akan pernah berakhir.




                K e a r a


                Kenapa  selalu  ada  banyak  orang  yang  mau  audisi American
                Idol?  Tolol  kali,  ya.  Antre  bersama  ribuan  orang  lain,  satu
                menit nyanyi di depan judges  yang sama sekali nggak punya
                courtesy untuk nggak menertawakan kalau suara elo pas-pasan.
                Mengambil risiko diinjak-injak harga dirinya di depan pemirsa
                seluruh dunia hanya untuk apa? The  golden  ticket? Selembar








        Isi-antologi.indd   79                                       7/29/2011   2:15:17 PM
   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86