Page 33 - 1. Manajemen sapi potong modern
P. 33
Perlu dipelajari peta curah hujan sepanjang bulan, untuk
mengetahui jumlah bulan kering dan bulan basah selama satu
tahun. Hal ini akan berkaitan dengan ketersediaan hijauan
sepanjang tahun, peta curah hujan dapat digunakan dalam
program perkawinan terkontrol dan penyerentakan birahi dan
program kawin suntik (inseminasi buatan), agar program
kegiatan untuk masa bunting, masa kelahiran dan pembesaran
anak, dapat berlangsung sesuai dengan ketersediaan hijauan.
Lokasi ideal untuk usaha penggemukan sapi potong adalah
lokasi dengan curah hujan 800 – 1500 mm/tahun.
Suhu – ternak memiliki “heat tolerance” atau toleransi
panas dalam arti kata ternak hanya dapat hidup pada selang
waktu tertentu saja. Suhu yang ekstrim (terlalu panas atau
terlalu dingin) umumnya berpengaruh buruk terhadap
produktivitasnya. Suhu yang tinggi dapat menyebabkan
menurunnya laju pertumbuhan ternak. Ternak lokal atau asli
Indonesia dapat bertahan terhadap suhu tropis yang panas,
ternak hasil persilangan (ternak lokal dengan ternak asal sub
tropis) dapat bertahan didaerah yang memiliki suhu dengan
tingkat panas sedang, ternak asal sub tropis hanya dapat
bertahan di daerah yang sejuk/dingin. Bila ternak-ternak tersebut
dipelihara pada daerah yang tidak sesuai dengan kondisi ternak
maka produktivitas yang maksimal sulit dicapai. Memang ada
beberapa upaya yang dapat digunakan untuk mengeliminasi
suhu lingkungan seperti pemanfaat teknologi (penggunaan AC
dan heater), akan tetapi hal ini menambah beban usaha.
Umumnya suhu optimal untuk pertumbuhan sapi potong adalah
0
suhu dengan kisaran 10-27 C.
Kelembaban Udara – Tingkat kelembaban tinggi (basah)
cenderung berhubungan dengan tingginya peluang bagi tumbuh
dan berkembangnya parasit dan jamur. Sebaliknya, kelembaban
rendah (kering) menyebabkan udara berdebu, yang merupakan
pembawa penyakit menular, sekaligus menyebabkan gangguan
pernafasan. Kelembaban ideal bagi sapi potong adalah 60 - 80%.
Hal ini menyebabkan biaya perawatan kesehatan menjadi besar.
21