Page 112 - PGSD-MODUL 1 BAHASA INDONESIA
P. 112
ditancapkan makin lama makin berkurang. Setelah beberapa
waktu, anak itu mulai paham bahwa menahan amarah itu lebih
mudah daripada menancapkan paku ke pagar.
Suatu hari anak itu tidak lagi memerlukan palu dan paku
setelah dia belajar menahan amarah dengan baik. Lalu dia
datang kepada ayahnya dan bercerita tentang keberhasilannya
menahan amarah.
“Sekarang, setiap kamu mampu menahan amarah dalam sehari,
cabut paku yang sudah tertancap di pagar.”
Resolusi Sekian waktu berlalu. Akhirnya sang anak bangga setelah
semua paku tercabut hilang. Saat dia dating kepada ayahnya
dan menceritakan semuana, dia menawarkan untuk merapikan
dan merawat pagar. “Kamu sudah berhasil Nak, tetapi coba
perhatikan lubang bekas paku itu. Pagar itu tidak akan bias
menjadi seperti semula, sudah cacat.”
Koda Hal yang sama terjadi saat kamu menyakiti orang dengan
ucapanmu, kata-kata meninggalkan bekas luka di hati sama
halnya lubang bekas paku di pagar. Ingat, kita harus
memperlakukan setiap orang dengan saying dan hormat, sebab
meskipun telah memohon maaf dan dimaafkan, luka di hati
tidak akan pernah hilang
(Sumber: Kosasih, 2019)
5) Puisi Rakyat
Puisi rakyat merupakan jenis puisi yang berkembang pada kehidupan
masyarakat sehari-hari; sebagai suatu tradisi masyarakat setempat (Kosasih,
2019). Pusis ini tersebar secara lisan. Pada umumnya bentuknya bersifat baku atau
terikat oleh berbagai ketentuan, seperti banyaknya larik setiap bait, banyaknya
suku kata pada setiap larik, ataupun pola rimanya. Puisi-puisi itu digunakan dalam
upacara-upacara adat. Contoh pusi rakyat adalah pantun dan syair (Kosasih,
2019).
Struktur puisi rakyat terikat oleh ketentuan baku. Demikian pula dengan
kaidah kebahasaannya; mempunyai pola yang baku. Hal ini bergantung pada
jenisnya. Dalam pola kebahasaan (rima), pantun berbeda dengan puisi.
a) Pantun
Pantun merupakan jenis puisi rakyat yang terdiri dari sampiran dan isi.
Berikut adalah struktrur dan kaidah kebahasaan pantun.
(1) Terdiri atas empat baris.