Page 176 - 9 dari Nadira
P. 176
beila g,. Chudori
Nadira tersenyum tenang. Perlahan dia menggiring ke
dua lelaki itu kembali ke teras.
"Mari duduk di teras saja. Yu Nah, tolong sediakan mi
num untuk tamu kita. Lantastemani Jodi. . ."
Yu Nah mendelik, enggan menyediakan minum untuk
kedua lelaki yang sudah jelas lebih mi rip tukang pukul dari
pada tamu yang layak diperlakukan dengan sopan.
"Bapak siapa? Ada perlu apa dengan suami saya? Bagai
mana Anda tahu nama saya?�
Kedua lelaki itu masih b,erdiri dan menatap kursi teras
rumah Nadira seperti kutu asing yang tak pernah mereka
temui.
"Silakan duduk, Pak."
Akhirnya lelaki berkulit legam itu mencoba duduk,
meski terlihat dia tidak nyaman. Mungkin karena tubuhnya
terlalu besar untuk kursi teras sekecil itu. Mungkin juga
seumur hidupnya diatak pernah dipersilakan duduk, karena
harus berdiri bertolak pinggang.
"Sekali lagi, kalian berdua siapa?"
Mereka masih diam tak menjawab. Mungkin mereka
terbiasa sebagai sosok anonim.
Yu Nah datang dengan niampan berisi dua cangkir kopi
hitam. Kepulan asap dari kedua cangkir itu pasti mewakili
kepulan kemarahan Yu Nah yang nampak keluar dari
telinganya.
"Saya ... Obi, Bu ... I ni Jo .. ."
Nadira selalu tak tahu bagaimana bereaksi jika sese
orang memperkenalkan diri dengan nama panggilan belaka.
D i a masih diam, menanti keterangan selanjutnya.
"Suami saya sedang pergi. Bisa saya bantu?"
Obi saling berpandangan dengan Jo. Mereka tidak
bisa membuka mulut. Tiba-tilba saja kedua bangunan tubuh
169