Page 178 - 9 dari Nadira
P. 178

beilo ,§.  Chudori





                       Sebelum  meninggalkan  Daha,  Sang  Panji  membuka
                 Aji  Sirepnya.  Perlahan  suara gamelan yang lamat itu  mem­

                 bangunkan  Daha.  Daha menjerit.  Sang  Panji  memetik  se­
                  helai  daun  Surga,  daun  berbentuk  hati  dari  pohon  yang

                 hanya tumbuh di Daha. I a menyimpannya di balik telinga.

                                                    ***


                 Nun di sebuah jalan, di pojok Jakarta. Sebuah kepala diadu

                 berkali-kali  ke tembok  beton.  Satu  kali.  Dua kali. Tiga kali.
                 Empat  kali.  Bunyi jeritan  pemilik  kepala  itu tertutup  oleh
                  suara kedua lelaki tegap yang menyiksanya.

                       "Yang ini dari Bapak Tito!"
                       Kaki  yang  besar  dengan  sepatu  bergerigi  menginjak

                 pipi lelaki itu.
                       "Yang ini dari lbu Alina!"

                       Sebuah tendangan ke punggung menghentikan jeritan-
                 nya.

                       Nun di  sebuah jalan. Tubuh  yang sudah  hancur-lebur
                 itu dilempar. I a menggelinding dari sebuah  mobil SUV ber­
                 warna hitam. ltu semua terjadi di  pojok Jakarta.


                                                    ***


                 Pagi yang basah. Kirana menatap ribuan jarum air yang me­
                 nusuk bumi.  Di atas batu besar itu, dia melihat seperangkat

                 kain,  panah,  busur, dan  mahkota Sang Panji. Jarum  air itu
                 tak mampu membasahinya.



                        "A ku bermimpi

                       See o r   burung membawa kabar
                            k
                       Dimulai dari sebuah pagi

                       Aku akan m e n j a d i   seorang Panji"


                                                   171
   173   174   175   176   177   178   179   180   181   182   183