Page 221 - 9 dari Nadira
P. 221

Geilo g,.  Chudori





                                       .
                       " N a dira, Mas ..  •
                       "Ya, Nadir a  ... kemanadia?"Triyantokembali membuka­
                 buka halaman koran pagi yang sungguh tebal itu.

                       "Nadira yang ibunya bunuh diri itu, Mas ... "
                       Triyanto Abimanyu, sang ayah, sang patriarki keluarga
                 yang rambutnya sud ah diselimuti warn a salju, tapi toh mem­

                 perlihatkan sisa-sisa ketampanan itu, mengerutkan kening,
                 " D i a   bunuh diri?"
                       "I bunya, ibunya yang bunuh diri. .. "

                       "Oooh, ibunya  ..  ."
                       "Lo, ya tetap saja itu tragedi to, Mas  ..  ."
                       "Lha iya ...  Tapi  saya  ki ra  dia yang bun uh  diri.  Jadi

                 artinya, Nadia ini masih hidup to?"
                       "Nadira .. ."
                       "lya, iya ... Nadir a. Bukan dia yang bunuh diri. .. Artinya

                  dia masih hidup, masih sehat ... Lha sudah, undang saja dia
                 ke sini. Kenalan sama Mas Priyatno  .. ."
                       "Lho, Masini. .. , piye, kok main undang. Nadiraitu bukan

                                            D
                 pacarnya Tara, Mas. ..  i a   itu temannya ... , bawahannya."
                       "Terus kenapa?"
                       "Ya, buat apa diundang?"
                       "Lha, katanya mencari calon mantu?"

                                             D
                       "Duh Mas, Mas ...  i a   sudah kawin, sudah cerai, sudah
                 terbang ke Amerika  ...  "
                       "Katanya Kanada ...    Triyanto mengoreksi istrinya.
                                              ,
                                               "
                       "Ya, ya Kanada. Amerika ... Apa to bedanya," Aryati kini
                 menuang teh jahe ke dalam  cangkirnya.  Suaminya tidak
                 menjawab. D i a  tak berminat menjelasl<an bahwa kedua ne­

                 gara itu sangat berbeda.
                       "Mas .. ."
                       " H  m   ...  "

                       "I ngat Novena?"
                       Suaminya meletakkan korannya, "Novita?"


                                                   21a
   216   217   218   219   220   221   222   223   224   225   226