Page 71 - 9 dari Nadira
P. 71
]'lino don ]'lc1dira
meminta dia untuk meninggalkan segala kepedihannya dan
memulai lembaran baru atau saran-saran semacam itu yang
dilontarkan seorang adik yang sayang pada kakaknya.
•y u ... •
"Dira ... , biarkan aku berkemah di kamar ini sampai bu
suk. Sampai aku betul-betul puas makan dan berak di sini. . ."
"Jangan Yu, ini kamar lbu .. ."
Nina diam, kini dia memejamkan matanya bukan ka
rena masih ingin tidur, tetapi karena ingin melarikan diri
dari percakapan yang sudah lama dia ingin hindari. Kedua
kakak-adik itu menatap langit-langit seolah bayang-bayang
d
ibu mereka berkelebatan i kamar itu.
·y u ... "
"H m ... •
"Waktu itu, aku pernah bertanya pad a I bu ... "
Yu N i n a memejamkan matanya, tapi Nadira yakin te-
l i nganya tidak tidur.
"Aku bertanya pada I bu, kalau saja Tante Bea .. "
.
"Tante Bea?"
"Ya, Tante Bea, sahabat I bu yang di Amsterdam .. ."
"Oh .. ."
"Kai au Tante Bea punya kekasih, yah seandainya Tante
Bea punya kekasih, dan kekasih Tante Bea itu merayu I bu ... ,
apakah lbu akan melaporkan tingkah laku kekasihnya itu
pad a Tante Bea?"
Nadira bisa melihat wajah Nina yang tampak berubah.
Matanya masih tetap terpejam1, tapi bola matanya bergerak
gerak. Bibirnya mengerut menahan diri untuk tidak meng
ucapkan s e s u atu.
"I bu mengatakan perempuan yang dia kenal biasanya
cenderung menyangkal kenyataan bahwa suaminya atau
kekasihnya punya kecenderungan tidak setia. Mereka biasa-
62