Page 74 - 9 dari Nadira
P. 74

MELUKIS  LANGIT

















                U NTU K kelima kalinya Nadir a menekan nomor telepon ru­
                mahnya dengan  tak sabar.  Masih nada yang  sama.  Sibuk.

                Sudah  jam  dua  siang.  Apakah  Ayah  tengah  berpidato  di
                telepon? Nadira membanting gagang telepon itu.
                      Yosrizal, yang sejak tadi  mengintip dari balik majalah,

                tertawa cekikikan.
                      "Santai, ayahmu baik-baik sa j a."

                      " T aik. Kamu nggak tahu kalau Ayah  sudah menelepon
                Pak  Mahmud? Gila.  Lima jam.  Gagang telepon  sampai  pa­
                nas, Vos. I sinya: pengalaman da penjara zaman revolusi yang

                diulang-ulang. Seluruh rekaman  pengalaman masa lalunya
                sudah diputar di muka setiap orang."

                      " A yahmu  biasa mengisi  hari  dengan  pekerjaan  jurna­
                listik. Sekarang dia ditinggal  terus oleh anaknya yang setan
   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79