Page 44 - Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1 by Ibnu Katsir_Neat
P. 44
Abu Ja'far bin Jarir mengatakan, alhamdulillah berarti syukur kepada
Allah � semata dan bukan kepada sesembahan selain-Nya, bukan juga kepada
makhluk yang telah diciptakan-Nya, atas segala nikmat yang telah Dia anugerah
kan kepada hamba-hamba-Nya yang tidak terhingga jumlahnya, dan tidak ada
seorang pun selain Dia yang mengetahui jumlahnya. Berupa kemudahan ber
bagai saran a untuk menaati-Nya dan anugerah kekuatan fisik agar dapat me
nunaikan kewajiban-kewajiban-Nya. Selain itu, pemberian rizki kepada mereka
di dunia, serta pelimpahan berbagai nikmat dalam kehidupan, yang sama sekali
mereka tidak memiliki hak atas hal itu, juga sebagai peringatan dan seruan ke
pada mereka akan sebab-sebab yang dapat membawa kepada kelanggengan
hidup di surga tempat segala kenikmatan abadi. Hanya bagi Allah segala puji,
baik di awal maupun di akhir.
Ibnu Jarir rahimahullah mengatakan, alhamdulillah merupakan pujian
yang disampaikan Allah untuk diri-Nya. Di dalamnya terkandung perintah
kepada hamba-hamba-Nya supaya mereka memuji-Nya. Seolah-olah Dia me
.
ngatakan, " U capkanlah, alhamdulillah "
Lebih lanjut Ibnu Jarir menyebutkan, telah dikenal di kalangan a ra
p
ulama mutaa 'khkhirin, bahwa al-Hamdu adalah pujian melalui ucapan kepada
yang ber h ak mendapatkan pujian disertai penyebutan segala sifat-sifat baik yang
berkenaan dengan dirinya maupun berkenaan dengan pihak lain. Adapun asy
syukru tiada lain kecuali dilakukan terhadap sifat-sifat yang berkenaan dengan
selainnya, yang disampaikan melalui hati, lisan, dan anggota badan. Sebagai
mana diungkapkan oleh seorang penyair:
0 "" ,. 0 ,. """' ,. ,}. ,. "'""
. . � J !} JJ * 'L.J � �� ' " (' �.)lj\
�
�
� ' . . �--1, . w 'r? - " � r
�
'
Nikmat paling berharga, yang telah kalian peroleh dariku ada tiga macam.
Y aitu melalui kedua tanganku, lisanku, dan hatiku yang tidak tampak ini.
Namun demikian, mereka berbeda pendapat mengenai mana yang lebih
umum, al-hamdu ataukah asy-syukru. Mengenai hal ini terdapat dua pendapat.
Dan setelah diteliti antara keduanya terdapat keumuman dan kekhususan. Al
hamdu lebih umum daripada asy-syukru, karena terjadi pada sifat-sifat yang ber
kenaan dengan diri sendiri dan juga pihak lain, misalnya anda katakan, "Aku
memujinya (al-hamdu) karena sifatnya yang kesatria dan karena kedermawanan
nya." T etapi juga lebih khusus, karena hanya bisa diungkapkan melalui ucapan.
Sedangkan asy-syukru lebih umum daripada al-hamdu, karena ia dapat diungkap
kan melalui ucapan, perbuatan, dan juga niat. Tetapi lebih khusus, karena tidak
bisa dikatakan bahwa aku berterima kasih kepadanya atas sif�tnya yang kesatria,
namun bisa dikatakan aku berterima kasih kepadanya atas' kedermawananan
dan kebaikannya kepadaku.
Demikian itu yang disimpulkan oleh sebagian ulama muta 'akhkhirin.
W a llahu a 'lam.
luz 1
24