Page 100 - dear-dylan
P. 100

“Halo?”
                    “Hoi! Akhirnya nyala juga HP lo!”
                    “Iya, Nest. Baru gue nyalain lima belas menit, tapi gue sudah terima telepon dari empat
               orang yang berbeda. Lo yang kelima.”
                    “Makanya, jangan sok nggak nyalain HP!” Gue mendengar Ernest terkekeh. “Lo kayak
               pejabat yang ketahuan baru nikah lagi aja, menghindari kejaran wartawan infotainment.”
                    Benar-benar selera humor khas Ernest, slengean dan tajam, tapi konyol.
                    “Haha, makaseeh. Tapi  lo  nggak ada di  tempat  waktu  kerusuhan itu terjadi,  bro. Gue
               gemetar. Gue takut. Dan gue nggak mau telepon-telepon yang masuk malah mengignatkan
               gue lagi sama kejadian itu.”
                    “Iya, iya, gue ngerti. Dulu gue juga gitu kok...”
                    Gue terperangah. “Dulu? Kapan??? Kok gue nggak tau?”
                    “Ya waktu lo belum jadi vokalis Skillful lah. Waktu itu Skillful main di Tulungagung,
               terus tau-tau aja penonton  udah pada berkelahi. Lemparan-lemparan botol lah, sandal lah,
               bendera-bendera  nggak  jelas  yang  mereka  pegang  lah...  Heran  gue,  nonton  Skillful  kok
               bawanya bendera yang tulisannya nama band lain, dasar! Gue sebel banget lihat tu bendera
               dikibar-kibarkan, kayak kebagusan aja!” Ernest mengomel.
                    “He?  Lo  kok  jadi  ngelantur  ngomongnya?”  gue  menegur  Ernest  yang  omongannya
               merembet ke soal bendera yang dibawa penonton konser, bukannya membahas konser yang
               rusuh.
                    “Eh iya! Hehehe... sori! Habis gue kesel sih, tu penonton apa nggak bisa baca ya yang
               mau  manggung  tuh  Skillful,  bukan  band  yang  benderanya  mereka  bawa-bawa  itu!  Nggak
               penting banget tu bend...”
                    “Neeesst,” gue menegurnya, “lanjut ke cerita rusuhnya aja deh!”
                    “Ohh iya, iya. Ehem!” Ernest berdeham, sok resmi, “Yah... gitu deh, penonton pada tiba-
               tiba saling pukul. Terus dari kelompok kecil, merambat ke lebih banyak penonton lagi, kacau
               banget pokoknya! Si Indra aja sampai kena lemparan botol...”
                    “Oya?” Gue bengong. Berarti gue masih lebih “beruntung” dong, nggak kena lemparan
               apa-apa? Indra, yang vokalis Skillful sebelum gue, aja kena lemparan botol gitu.
                    “Iya. Untung botol plastik doang... tapi dia benjut sih! Sejak itu tuh si Budy jadi galak!”
                    Gue melongo. “Serius lo?? Sejak itu Bang Budy jadi galak?”
                    “Lho, emang lo belum tau? Dulu Budy baik banget, lagi! Tapi setelah kerusuhan itu, dia
               jadi overprotektif banget. Sama fans juga dia jadi parno, tapi itu demi keselamatan kita juga
               sih, Lan...”
                    Gue speechless. Baru kali ini gue tahu Bang Budy dulu orangnya ramah. Gue kira dia
               galak begitu bawaan dari orok! Ternyata bukan dari sononya dia galak...
                    “Yah,  gue  jadi  melantur  lagi  deh...  Gini  aja,  sekarang  lo  nggak  usah  khawatir.  Gue
               nonton berita, dan kayaknya aksi moshing di konser itu nggak ada faktor kesengajaan kok.
               Katanya ada penonton yang nggak sengaja menyiku penonton lainnya, dan yang disiku itu
               nggak  terima,  jadi  mereka  tonjok-tonjokan.  Sebenernya  sih  nggak  papa,  tapi  ternyata  dua
               roang yang tonjok-tonjokan itu pada bawa geng, jadilah saling pukulnya menyebar. Belum
               lagi  orang-orang  di  sekitar  mereka  yang  merasa  nggak  terima  „keserempet‟  bogem  juga,
               jadilah rusuh...”
   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105