Page 19 - dear-dylan
P. 19

“Tapi aku kasihan sama Regina.”
                    “Heh? Kenapa?” Menurutku, nggak ada satu hal pun dari Regina yang bisa membuat orang
               mengasihaninya. Apa coba yang harus dikasihani? Cantiknya selangit, karier sukses, dan pengha-
               silannya pasti berlimpah.
                    “Cowoknya kan meninggal beberapa bulan lalu. Narkoba.”
                    Aku menggigit bibir. Aku sama sekali nggak tahu tentang itu. Secara, aku bukan penggila
               infotainment kayak Bu Parno.
                    Dan yah... mungkin itu sebabnya Regina sengaja memanas-manasi aku dengan SKSD sama
               Dylan tadi. Mungkiiiin dia iri aku masih punya Dylan, sementara dia kehilangan cowoknya.
                    Kok aku jadi kasihan juga ya, sama dia? Jadi prihatin. Hmm...
                    “OH iya, Say, aku mau kasih tahu kamu sesuatu nih.”
                    “Hmm?”
                    “Tanggal lima belas nanti nggak ada acara, kan? Nggak ada jadwal ulangan juga?”
                    Aku mengerutkan kening. Memangnya ada apa Dylan tanya kayak gitu?
                    “Bentar, coba kuingat-ingat dulu...” Aku memutar otak. “Kayaknya nggak ada deh, kenapa
               emangnya?”
                    “Mau ikut ke MTV Awards nggak?”
                    “HAH??!”
                    “MTV  Awards,”  ulang  Dylan.  “Kan  Skillful  masuk  nominasi,  jadi  aku  sama  anak-anak
               semua bakal dateng. Nah, Rey, Dovan, Ernest, sama Dudy berencana ngajak istri masing-masing.
               Dan aku jelas nggak mau menghabiskan semalaman duduk garing di sebelah Bang Budy.  So,”
               Dylan tersenyum, “would you like to accompany me?”
                    Kayaknya menu sarapan yang kumakan tadi pagi (roti panggang dan telur mata sapi) jungkir-
               balik  di  dalam  perutku.  Seolah  gerak  peristaltik  nggak  lagi  manjur  untuk  mengolah  mereka
               menjadi energi, jadi mereka memutuskan untuk berakrobat sendiri di lambung dan usus-ususku.
                    “Maksudnya nanti... aku bakal duduk di sebelahmu sepanjang acara itu, gitu?”
                    Dylan nyengir. “Kecuali kamu lebih suka duduk di sebelah Bang Budy.”
                    “Dylan, aku serius! Aku nggak pernah ikut acara-acara kayak gitu! Apalagi...”
                    Aku menyumpah-nyumpah dalam hati. Ya ampuun, acara macam itu kan pasti ada red carpet
               session-nya! Belum lagi, bakal ada para VJ MTV yang jadi fashion police, yang bakal mencari tahu
               dari mana asal-usul gaun, jas, baju, dan sepatu orang-orang yang lewat di situ!
                    Aku ingat, tahun lalu, Titi Kamal datang sambil menggandeng Christian Sugiono di MTV
               Awards,  dan  saat  ditanya  gaun,  clutch,  dan  stiletto-nya  dibeli  di  mana,  dia  menyebutkan  Gucci,
               Guess?, ZARA. Berapa budget yang dia habiskan? Sepuluh jeti. Lebih dikit.
                    Entah berapa yang dia maksud dengan “lebih dikit” itu.
                    Kalau aku  setuju  untuk menemani  Dylan  ke  sana,  aku  harus  pakai  baju apa???  Aku  jelas
               nggak punya budget “sepuluh juta lebih dikit” seperti Titi Kamal!
                    “Sayaaang, helooo...? Kok ngelamun?”
                    Aku menggeleng beberapa kali, berusaha mengusir bayangan Titi Kamal dari benakku.
                    “Mmm, Lan, aku nggak tahu apa aku pantas datang di acara kayak gitu.”
                    “Apa kamu pantas? Ya pantas dong! Kenapa kamu mikir kayak gitu?”
                    “Aku...” Ah, nggak lucu kalau aku bilang aku nggak punya baju yang pantas untuk datang ke
               acara itu. Bisa-bisa nanti Dylan mengira aku minta dibelikan baju!
                    Yeah, aku tahu dengan sekali manggung dia bisa membelikanku segala macam yang dipakai
               Titi Kamal tahun lalu itu, tapi itu kan gila sekali!
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24