Page 23 - dear-dylan
P. 23
PUSIIING!!!
AKU sama sekali nggak ngerti kenapa guru-guru zaman sekarang hobi sekali melihat murid-
muridnya sengsara. Sudah tau kami, para murid yang teraniaya ini, sangat kurang waktu untuk
istirahat dan menikmati masa muda, kok ya mereka malah tega memberi tugas tambahan?
Bayangin! Tugas tambahan! Libur sekolah aja nggak ada yang namanya libur tambahan!
Nah, salah satu anggota Persekutuan Guru Tega itu adalah Pak Rudi, guru bahasa Indonesia-
ku. Tadi waktu dia masuk ke kelas, dengan tampang nggak berdosa dia bilang bakal memberikan
tugas tambahan buat kami, membuat karya tulis! Dasar guru tengil! Kayak masalahku belum
cukup banyak saja! Aku bahkan masih belum punya baju untuk kupakai menemani Dylan ke
MTV Awards!
Aduh, masalah yang satu itu beneran kronis deh...
Kemarin aku cerita ke Mama, dan Mama bilang nggak keberatan meminjami aku credit card-
nya untuk beli baju, tapi itu justru membuatku tambah bingung! Aku kan nggak pernah datang ke
acara-acara high class begini! Dan kalaupun aku punya credit card yang bisa digesek untuk beli baju,
itu nggak menyelesaikan masalah! Aku, yang pasti membeli baju dengan kondisi linglung bagai
tak memijak bumi itu, bisa saja membeli gaun yang salah total!
Nah, aku harus bikin skala prioritas. First thing first. MTV Awards masih sepuluh hari lagi,
sementara karya tulis harus dikumpulkan besok lusa. Jelas aku harus mulai membuat karya tulis
sialan itu dulu.
Tunggu, tadi Pak Rudi bilang temanya apa?
“Grace! Grace!” Aku menyiku Grace yang duduk di sebelahku buru-buru. Mumpung aku
lagi punya niat mengerjakan tugas, harus segera dilaksanakan sebelum niatku itu menguap.
“Apa?”
“Tema kartulnya tentang apa sih, bo?”
“Bebas.”
“Hah? Kebebasan gitu, maksudnya? Freedom?”
Grace berdecak. “Bukaaann. Maksudnya, kita bebas memilih temanya sesuai keinginan kita.
Please deh, Lice, lo dari tadi ngapain aja sampai nggak denger Pak Rudi ngomong?”
Aku cengengesan. “Gue kepikiran baju apa yang harus gue pakai di MTV Awards! Aduh
gila, gue sama sekali nggak punya ide mau pakai baju apa!” Aku memang sudah cerita pada Grace
soal ajakan Dylan ke MTV Awards itu.
“Nggak punya ide atau nggak punya duit?” tembak Grace, dan aku langsung manyun.
“Nggak punya ide! Nyokap gue udah mau minjemin credit card-nya kok, jadi gue nggak ada
masalah soal budget.”
“Eh, kenapa nggak minta duit ke Dylan aja? Kan dia yang ngajak lo ke acara itu, harusnya
dia dong yang bayarin baju lo?”