Page 27 - dear-dylan
P. 27
yang dikemukakan bahwa persediaan minyak tanah di Indonesia sudah
semakin menipis, sementara persediaan energi gas masih melimpah?
Ataukah, karena minyak tanah termasuk BBM yang masih disubsidi
pemerintah, dan jika, hanya jika, penggunaannya berkurang karena
masyarakat beralih menggunakan kompor gas, pemerintah berpeluang
mencabut subsidi tersebut? Lalu mengalihkan dana subsidi tersebut pada
bidang lainnya?
Mari kita melihat pada kasus naiknya harga BBM beberapa waktu lalu.
Pemerintah mencabut subsidi untuk premium, solar, dan pertamax
dengan alasan akan mengalihkan subsidi BBM tersebut pada bidang
pendidikan. Apakah kita sudah melihat realisasi dari rencana tersebut?
Apakah setelah harga BBM naik, pendidikan di Indonesia semakin
membaik?
Menurut saya pribadi, tidak.
Memang, ada program baru yang bernama Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) yang dilaksanakan pasca ditingkatkannya anggaran dalam
APBN untuk pendidikan, tapi, sekali lagi, apakah program BOS tersebut
telah dilaksanakan dengan tepat sasaran? Apakah benar, sekolah-sekolah
yang menerima bantuan tersebut benar-benar pantas untuk dibantu?
Atau sebenarnya masih banyak dana yang lari ke pos-pos yang kurang
layak menerimanya?
Jika opini saya tentang imbauan untuk menggunakan kompor gas
dibanding kompor minyak tanah ini benar bertujuan agar, ujung-
ujungnya, subsidi minyak tanah dicabut, maka kita patut prihatin. Masih
banyak rakyat miskin di luar sana yang tak akan mampu membeli kompor
gas, juga bahan bakarnya. Mereka masih sangat bergantung pada
penggunaan minyak tanah, bahkan masih ada yang menggunakan lampu
minyak untuk penerangan. Kalau sekarang saja mereka harus bersusah
payah membeli minyak tanah yang sering kali langka dan mahal
meskipun masih disubsidi, bagaimana dengan nanti?
Aku mengerjap-ngerjap membaca tulisan sepanjang satu halaman yang baru saja kuketik dalam
waktu hanya lima menit. Waow, kok kayaknya aku mengomeli pemerintah, ya? Haha... nggak
deh, ini hanya opini seorang remaja yan gprihatin terhadap nasib bangsanya. I do care.
Aku membaca lagi setiap paragraf yang kutulis, berusaha supaya apa yang kutulis nggak
melenceng dari topik yang kuangkat, dan ternyata menulis karya tulis itu nggak sesulit yang
kubayangkan.
Saat aku mematikan laptop-ku pada pukul 00.13 pagi, aku sudah memegang lima lembar
kertas print-out hasil tulisanku, dan cengar-cengir sendiri menatapnya.
Dan oh, ada SMS dari Dylan!

