Page 31 - dear-dylan
P. 31

“Ah, kalau Alice sih Mama yakin pasti mau. Nanti tolong bilang dia ya, supaya kasih
               detail  ukuran  bahu,  dada,  pinggang,  sama  pinggulnya,  biar  kebayanya  bisa  langsugn
               dijahitkan.”
                    Heh? Ukuran bahu, dada, pinggang, dan pinggul??? What the...
                    “Aduh, Ma... kalau itu sih... Mama aja deh ya yang ngomong ke dia. Aku nggak enak
               kalau ngomong...”
                    “Nggak enak gimana? Kan dia pacarmu sendiri.” Mama terlihat heran. Kacau!
                    “Justru  karena  dia  pacarku  itu,  nanti  dia...  Udahlah,  pokoknya  nanti  Mama  aja  yang
               ngomong soal... soal ukuran-ukuran itu. Tapi nanti aku bilangin deh kalau Mama kepingin
               dia jadi penerima tamu.”
                    “Ya sudah.” Mama terdiam sebentar, tapi dalam sekejap ngacir kembali ke ruang makan,
               karena terdengar kehebohan di sana, dan suara Nantulang Saidah yang terdengar paling keras.
                    “Pink sajalah, Maria!” kukuh Nantulang Saidah.
                                    1
                    “Bah, dang boi i , Saidah! Ungu lebih cocok dengan warna ulos kita!” teriak Nantulang
               Maria.
                                   2
                    “Nunga hudok!  Saidah pasti sependapat denganku!” seru Nantulang Uci puas, karena
               Nantulang Saidah berada di pihaknya.
                    Hhh...  lebih  baik  gue  segera  cabut  dari  sini  sebelum  gue  juga  dimintai  pendapat  soal
               ungu atau pink itu! Kalau mereka sudah mulai saling berteriak dengan bahasa Batak begitu,
               berarti masalahnya sudah supergawat.











                    1  Tak bisalah
                    2  Sudah kubilang!



                                                  RUN & RAN









               “LO udah ngerjain kartul?” Grace menanyaiku.
                    “Udah. Lo?”
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36