Page 93 - dear-dylan
P. 93
Plis deh, memberikan referensi kondisioner rambut yang bagus?! Memangnya aku Rudy
Hadisuwarno?!
Aku yakin, sebenarnya Grace datang ke rumah karena ditelepon Mama, yang nggak tahan
melihatku melakukan aksi melankolis-dramatis di kamar gara-gara kesal sama Dylan, yang sampai
detik ini belum menelepon juga. Dan nggak bisa diteleopn, pula!
“Yang ini nih, untuk rambut frizzy... Frizzy apaan sih, bo? Maksudnya model rambut kayak
rambutnya Jonathan Frizzy, gitu?”
“Graceee...,” aku setengah mengeluh. “Udahlah, nggak usah berusaha menghibur gue gitu.
Pikiran gue tetep nggak bisa dialihkan dari masalah Dylan, tau... Dan bercandaan lo nggak lucu!
Jadi kalau lo emang berniat nolongin gue, bisa nggak kita ngebahas tentang Dylan aja?”
Tampang Grace kelihatan seolah aku baru bilang aku tahu warna branya. Dia menoleh
menatapku, dan cengengesan nggak penting.
“Akting gue payah, ya?”
“Payah banget.”
“Sori ya... Padahal gue cuma kepingin menghibur lo, tapi ternyata gagal.”
“Udahlah, nggak papa. Sekarang mendingan lo balikin tuh kondisioner rambut nggak jelas
yang sebenernya nggak lo butuhin, dan kita ke Coffee Bean. Gue kepingin minta saran lo soal
Dylan!”
Grace mengangguk patuh, dan mengembalikan kondisioner yang dipegangnya itu ke rak
barang. Kami hampir saja keluar dari toko ini, waktu pegawai toko yang di dekat pintu
menghentikan kami.
“Ada yang bisa saya bantu, Mbak?”
“Nggak, Mbak, makasih,” jawabku sambil mempercepat langkah. Satu-satunya bantuan yang
kubutuhkan saat ini hanyalah Dylan ada di Jakarta dan memberikan penjelasan A to Z tentang
kenapa dia nggak pernah mau mendiskusikan masalah-masalahnya denganku. Kalau si pegawai
bisa memberikan bantuan macam itu, dia boleh membantuku.
“Mungkin Mbak butuh sesuatu untuk perawatan jerawatnya? Untuk menghilangkan jerawat-
jerawat Mbak? Kami juga ada teh herbal untuk pelangsing. Bagus lho, Mbak, baru datang dari
China,” jelasnya dengan pede selangit.
Harga diriku langsung jatuh ke level terendah. Aku bener-bener nggak butuh omongan
macam itu sekarang. Kata-kata si pegawai toko membuatku makin merasa nggak berharga...
Atau toko ini punya program training khusus untuk melatih pegawainya jadi
MEYEBALKAN dan nggak peka, ya?
Well, kalau iya, training itu amat sangat berhasil.
* * *
Aku terlongo di depan laptop.
Milis Skillful penuh dengan posting yang membahas rusuhnya konser band idola mereka.
Seperti ada tangan tak kelihatan yang mencekik leherku membaca semua itu.
Rusuh! winda_gurl90
Galz, bad news... konser Skillful di Medan... Send IM