Page 12 - PEMBINAAN POSTULAN
P. 12
Pembinaan Postulan
3. RIWAYAT SANTO FRANSISKUS (I)
1. PENGANTAR
Sto. Fransiskus sangat dikenal di kalangan gereja di Indonesia, banyak anak dipermandikan
dengan memakai namanya. Santo Fransiskus yang sangat dikenal ini bernama Fransiskus
Xaverius, ia adalah pendiri Serikat Yesus yang karya misinya di benua Asia termasuk
Indonesia pada awal tahun 1545. Sementara itu, yang hendak kita bahas di sini adalah Sto.
Fransiskus yang lain yang berasal dari Assisi.
Di kota Umbria, pada bulan Januari tahun 1182, seorang ibu nyonya Pika namanya melahirkan
seorang anak laki-laki, puteranya yang pertama, beberapa hari kemudian bayi tsb
dipermandikan di Gereja San Rufino, dan diberi nama Yohanes Pembabtis. Oleh bapanya
Pietro Bernardone yang tidak menyaksikan kelahiran puteranya karena ia berada di Perancis,
sekembalinya nama anaknya diubah menjadi Fransisco (=orang Perancis), sebagai rasa
kekagumannya akan negara Perancis. Sebagai putera pedagang kain yang berhasil, Fransiskus
tidak mendapat kesulitan untuk mengikuti pendidikan-pendidikan dasar dalam asuhan para
imam. Fransiskus mampu menamatkan pendidikan sekolah “paroki” yang mengajarkan
agama, berhitung, membaca, dan bahasa, itu latar belakang pendidikannya.
2. FRANSISKUS DARI ASISI
Sebagai pemuda dari keluarga yang berkecukupan, dengan sedikit pengetahuan yang
memadai, Fransiskus senantiasa tampil sebagai seorang pemimpin. Fransiskus muda hidup
berfoya-foya bersama teman-temannya sekota, ia sangat pemurah, hatinya mudah tergerak
untuk senantiasa berderma. Ia dikenal pula sebagai pemuda periang, yang senang bernyanyi,
konon ia masuk suatu persatuan para penari di kotanya. Banyak acara yang senantiasa
menampilkan ia sebagai penyelenggara pesta, bersama-sama teman sebayanya, ia banyak pula
berbuat kenakalan remaja.
Dalam usianya yang ke-16, ia terkena wajib militer karena pada waktu itu terjadi peperangan.
Perwalian kekaisaran Jerman yang ada di Asisi dikalahkan oleh kepausan Innocentius III.
Ketika ia belajar “menjadi tukang batu” memperbaiki benteng kota Roca, ia sempat
berkenalan dengan paus Innocentius III dan berlangsung sangat akrab.
Pada tahun 1202 (usianya yang ke 20), terjadi peperangan lagi, kali ini antara kota Asisi dan
Perugia, Asisi menderita kekalahan. Pertempuran ini lebih dikenal sebagai perang Colestrada,
yang terjadi di jembatan Colestrada yang menghubungkan kedua kota tsb. Fransiskus yang
turut berperang, tertangkap dan tertawan di sana. Pengalaman pahit sebagai tawanan perang,
membuatnya sadar bahwa ia harus selalu menghibur teman yang berduka, dan melerai
pertengkaran antartawanan.
Setelah satu tahun dalam tawanan, ia dibebaskan, karena sakit dan nyaris mati, akibat
kehidupan yang pahit di dalam penjara. Penderitaan sekeluarnya dari penjara, merupakan
“sentuhan awal dari Tuhan” untuk suatu pertobatan. Ia mulai tidak lagi menyukai
kehidupannya di masa lampau, meski ia tetap berteman dengan teman-teman lamanya, namun
ia merasa hampa.
Pada suatu malam, ia bermimpi berada di sebuah benteng besar yang penuh dengan
perlengkapan perang para ksatria. Tatkala ia terbangun, kembali ingin menjadi ksatria. Segera
ia bergabugn dengan seorang bangsawan dari Asisi yang akan ke Italia Selatan bergabung
dengan pasukan Paus yang diketuai oleh Walter dari Brienne, untuk berperang melawan
kekaisaran Jerman. Namun baru sampai di kota Spoleto ia sakit, dalam penderitaan malaria,
ia merasa mendapat teguran Tuhan dalam mimpinya:
33