Page 17 - PEMBINAAN POSTULAN
P. 17

Pembinaan Postulan



                                        4.  RIWAYAT SANTO FRANSISKUS (II)

               1.  PENGANTAR
                   Dalam  pertemuan  yang  lalu  telah  kita  kupas  bersama  tentang  sebagian  kecil  riwayat  St.
                   Fransiskus.  Pada  masa  remajanya  ia  termasuk  “kepala  geng”  anak  muda  di  Asisi,  hidup
                   dengan  kenakalan  dan  kebebasan.  Mimpi  dan  permenungannya  membawa  dia  melakukan
                   perubahan hidup, dari yang smeula tidak ia sukai menjadi suatu hal yang biasa dia lakukan.
                   Perubahan cara hidup yang positif menurut bahasa rohani adalah pertobatan, atau metanoia.
                   Metanoia merupakan proses perubahan batin, dari mana cara hidup lama dihancurkan lalu
                   ditumbuhkan ke dalam kehidupan yang lebih baik.

                   Dengan terang Roh Kudus telah menuntun jalan hidupnya akan mendorong memulihkan dan
                   membangun  keutuhan  pribadi,  sementara  teologi  lebih  menekankan  adanya  kelemahan
                   manusia.

                   Kelemahan manusia (=daging, bdk. Rom. 7:14) terdiri dari kelemahan moral dan kelemahan
                   fisik,  karenanya  Yesus  menguasakan  kepada  Gereja  adanya  Sakramen  sebagai  “epifani”
                   kehadiran-Nya. Pada peristiwa Fransiskus proses ini berlangsung dengan sangat radikal dan
                   maha  dasyat.  Ia  merasa  dikejar  rasa  gelisah  dalam  batinnya.  Dengan  rasa  secara  radikal
                   Fransiskus mampu membuka kedok kenisbihannya, segala sesuatu dimulai bergeser pada daya
                   tarik ilahi sebagai mana besi berani menarik partikel-partikel besi dari pasir kehidupannya.
                   Kegelisahannya  tidak  melepaskan  Fransiskus  untuk  lari  ke  hal  negatif,  namun  justru
                   menuntunnya untuk banyak berdoa, dan ulah tapa. Dari ketersembunyian ia menginsafkan
                   bahwa hanya Tuhan yang mampu menunjukkan “siapa Tuhan yang sebenarnya, dan apa yang
                   paling  dikehendaki-Nya”.  Tidak  seorangpun  dianggapnya  mampu  menolong  Fransiskus,
                   kepribadian dan daya pikir yang intuitif senantiasa dirasakan sebagai suatu rintangan. Dan
                   inilah kisah Sto. Fransiskus selanjutnya.

               2.  FRANSISKUS DARI ASISI
                   Hubungan Fransiskus dengan masa lampau putus sudah, namun ia sendiri belum tahu apa yang
                   dikehendaki oleh Tuhan. Ia menetap di rumah Uskup Guido dengan mengenakan pakaian
                   pemberian uskup berupa pakaian seorang petapa dan peziarah dengan punggung dihiasi salib
                   besar dari kapur. Tidak tahan lama ia berteduh di rumah uskup, segera ia pergi mengembara,
                   ia senantiasa memperkenalkan diri dengan Bentara Raja Besar.

                   Dalam  pengembaraannya,  suatu  ketika  bertemu  dengna  penyamun  dan  dirompak,  namun
                   setelah diketahui tidak memiliki apa-apa, maka Fransiskus dilemparkan ke dalam gua salju,
                   dibiarkan  agar  mati  kedinginan.  Namun  ia  mampu  bertahan  dan  keluar  dengan  selamat,
                   kemudian melanjutkan perjalanan untuk mencari makna panggilan hidupnya.

                                                      3
                   Pernah pula ia bekerja di biara rahib  Benediktin, untuk mempelajari, mencari arti dari makna
                   panggilannya yang sejauh ini belum diketemukan.

                   Namun karena dipekerjakan di dapur ia tidak tahan lama dan minta keluar dan kembali ke San
                   Damiano, meneruskan pekerjaan yang dahulu terbengkalai, yakni menyelesaikan pemugaran
                   gereja. Dalam relung hatinya senantiasa bergaung: Inikah panggilanku? Namun sampai saat
                   itu ia tidak tahu makna panggilan Tuhan yang sebenarnya. Setelah pemugaran gereja San
                   Damiano dianggap selesai, segera ia tinggalkan, untuk kembali mengembara.

                   Pada tanggal 24 Februari 1209 dengan tetap berpakaian jubah petapa, ikat pinggang dari kulit,
                   bertongkat dan bersepatu, Fransiskus mengikuti misa di gereja Santa Perawan Bunda Allah di


               3  Rahib adalah anggota suatu ordo yang berkaul hidup berkontemplasi dalam biara
                                                             38
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22