Page 21 - PEMBINAAN POSTULAN
P. 21
Pembinaan Postulan
mampu mengikutinya secara utuh 100%, baik Ordo I, Ordo II, Ordo III Regular, apalagi kita,
sebagai seorang Sekular.
Sungguhpun demikian, hendaknya kita berusaha sedemikian rupa agar mampu mengikuti
jejaknya, minimal merangkul mereka-mereka yang sangat membutuhkan kita. Kita sebagai
kaum awam yang merupakan “ujung tombak gereja”, cara hidup kita dalam masyarakat, itulah
cermin kehidupan Gereja.
Sto.Fransiskus mengambil jalan hidup dalam kemiskinan Putera Allah yang berkenan
menjadi manusia, hal ini mengandung suatu tuntutan bagi setiap orang beriman agar
senantiasa mengarahkan hidupnya kepada Yesus yang berkenan merendahkan diri sebagai
manusia sederhana. (bdk. 2 Kor. 8:9)
Fransiskus yang berawal bisa hidup secara berkelimpahan, mampu menjalankan hidup yang
sebaliknya. Dari seorang yang memiliki segalanya berbaik menjadi seorang yang mencari jati
dirinya, dan hidup dalam kesederhanaan, bahkan cenderung miskin. Dikatakan miskin karena
untuk berkebutuhan makan saja, mereka harus meminta-minta atau mencari upah dengan
menjadi pembantu kebun.
Sebagai anggota OFS hendaknya mampu mengikutinya untuk ambil bagian dalam kehidupan
sederhana dan keduniawian.
Sebagai mana dikatakan:
Aku dilahirkan dengan telanjang bulat
dan meninggal dunia dalam keadaan yang serupa
Inilah dasar kesederhanaan yang mengungkapkan rasa solider kita dengan mereka, untuk
mengurangi kemiskinan, ketidaksetaraan derajat dll, karena tidak sesuai dengan martabat
manusia. Kesederhanaan tidak berarti kita harus menjadi miskin menolak barang-barang
kebutuhan hidup, tetapi lebih berarti bahwa kita tidak selayaknya diperbudak oleh materi.
Pembalikan nilai seperti tsb hanya mampu dilaksakanan bila kita mendapatkan kekuatan Roh
Allah. Materi acapkali membuat kita menjadi jauh dengan Allah, sementara kita ingin
mengikuti jejak Yesus.
Bagaimana caranya?
Hendaknya kita hudup secara sederhana, menyederhanakan kebutuhan materi, untuk
menjaga agar kita tidak menjadi budak materi, sebaliknya kita memegang kendali.
Belajar kita menyadari bahwa kita hanya mengurus materi tsb, bukan sebagai pemilik
mutlak, artinya terbuka untuk kebutuhan lainnya
Belajar untuk mengindari sifat ingin memiliki sesuatu yang baru, atau konsumerisme,
usahakan untuk tetap menikmati barang yang sudah kita miliki secara baik, karena
sebenarnya banyak mereka yang belum pernah merasakan apa yang pernah kita
nikmati.
6. SHARING
Ternyata untuk menjadi pengikut Sto. Fransiksus bukanlah hal yang mudah, karena
harus menjauhi kesenangan duniawi. Bagaimana tanggal saudara-saudari tentang
pernyataaan tsb? Jelaskan!
Seberapa sering saudara-saudari membaca KS? Adakah sering menjumpai hal-hal
yang sulit untuk dicerna? Kepada siapa saudari mengutarakan kesulian memahami KS!
Jelaskan
42