Page 19 - PEMBINAAN POSTULAN
P. 19

Pembinaan Postulan



                          Petrus Catani seorang ahli hukum di  Asisi,  Angelo  Tankredo seorang  bangsawan,
                          bahan Silvester seorang rohaniwan.
                          Egidius seorang sederhana, Yohanes seorang petani,  dan beberapa orang lagi dari
                          golongan orang sederhana, ikut pula menjadi pengikutnya.

                   Mereka itu termasuk yang menjadi cikal bakal pengikutnya, yang segera diikuti dari berbagai
                   lapisan  masyarakat.  Belum  pernah  terbesik  dalam  pikirannya  untuk  mendirikan  sebuah
                   gerakan  atau  organisasi.  Kebiasaan  hidup  meminta-minta  terus  dijalankan,  mereka  pergi
                   berdua-dua ke pasar untuk mengemis, ke kebun untuk membantu pekerjaan kebun, bahkan
                   menjadi pelayan rumah. Hasil yang mereka peroleh dipakai untuk menopang hidup bersama.
                   Bila ada kesempatan mereka berkumpul bersama, bertukar pikiran, bertukar pengalaman, dan
                   berdoa bersama. Perpustakaan tidak mereka miliki demikian pula buku pengetahuan agama
                   mungkin hanya Kitab Suci. Sementara itu banyak dari mereka yang buta huruf, doa mereka
                   hafal hanya doa Bapa Kami, karenanya Fransiskus mengajarkan:

                   Kami menyembah Engkau Tuhan Yesus Kristus
                   di sini dan di semua gereja-Mu yang ada di seluruh dunia
                   dan kami memuji Engkau sebab
                   Engkau telah menebus dunia dengan salib-Mu yang suci

                   Dan dengan doa ini pula, para pengikut Fransiskus senantiasa berdoa sambil berlutut mana
                   kala mereka menemukan gereja, mereka sangat mengimani bahwa itulah tempat tinggal Allah.

                   Sekarang menjadi jelas bahwa mereka memerlukan semacam buku pegangan atau semacam
                   pedoman hidup. Fransiskus kemudian menyusun semacam anggaran dasar yang diambilnya
                   dari ayat-ayat Kita Suci, ditambah beberapa aturan lainnya. Fransiskus juga semakin sadar
                   bahwa tidak cukup hanya ada persetujuan dari Uskup Asisi, tetapi harus pula ada persetujuan
                   dari  kepausan  di  Roma,  apalagi  sekarang  muncul  kelompok-kelompok  lain  yang
                   mengatasnamakan “cara hidup menurut Injil”.

                   Sekitar akhir tahun 1209, Fransiskus berangkat ke Roma menemui Paus Innocentius III, yang
                   pernah dikenalnya pada “peristiwa penghancuran benteng Roca”. Pakaian yang Fransiskus
                   kenakan dan teman-temannya adalah pakaian yang sangat sederhana dan cenderung compang-
                   camping.

                   Dengan  segala  kerendahan  hati  Fransiskus  beserta  teman-temannya  menghadap  Sri  Paus
                   Innocentius III. Bapa Paus beserta stafnya merasa heran ada rombongan fakir miskin berani
                   menghadap.  Dan  setelah  cukup  lama  menunggu,  Fransiskus  dan  teman-temannya  pada
                   akhirnya diberi kesempatan untuk menghadap guna mengutarakan maksud kedatangannya.

                   Fransiskus menghadap dan menyerahkan anggaran dasar sederhana yang disusunnya, dengan
                   rasa  penuh  keraguan  paus  menerima  dan  pada  akhirnya  menyetujuinya,  meskipun  hanya
                   secara lisan.

                   Setelah mendapatkan persetujuan, kembali Fransiskus dengan segala kerendahan hati masih
                   mempertanyakan,”Bolehkah  kami  melaksanakan  Injil?”  Paus  dengan  bijaksana  mengajak
                   mereka  berusaha  melakukannya  dahulu  apa  yang  mereka  ajukan,  dan  bila  telah  berhasul
                   dengan baik, mereka dipersilakan kembali untuk memperoleh ijin tertulis yang tetap.

                   Segera  Fransiskus  dan  teman-temannya  mengucapkan  profesi,  agar  ia  dan  seluruh
                   kelompoknya  masuk  ke  dalam  kalangan  rohaniwan,  dengan  demikian  sekarang  mereka
                   merasa dilindungi, dan dibenarkan oleh Gereja serta berwenang untuk berkotbah baik di gereja
                   ataupun di luar gereja. Inilah merupakan awal kelahiran Ordo Fransiskan dari Asisi.

                                                             40
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24