Page 53 - PEMBINAAN PROFESI
P. 53
Pembinaan Profesi
3
7. MAKNA HIDUP PERSAUDARAAN OFS
1. PENDAHULUAN
Gereja merupakan kumpulan besar Anak-Anak Allah, karena itu hanya ada satu sikap Injili
yang terhadap semua orang yakni: Kasih, Persaudaraan. Dalam hal ini Sto. Fransiskus
merupakan guru dan pembimbing para Fransiskan Sekular.
Kehidupan Sto. Fransiskus sebagai titik awal
Fransiskus memiliki watak atau tabiat yang menyenangkan, ramah tamah dan
dermawan, ia memiliki banyak teman, ia begitu baik terhadap siapa saja yang
mendapat kesusahan. Pertemuannya dengan Kristus di San Damiano mengubah
disposisi penuh kebaikan alami ini, dengan mengangkatnya menjadi suatu rencana
baru: penuh kasih atau kasih adikodrati.
Dalam pengalaman yang hayati mencium orang kusta inilah, ia menjadi mengerti
ikatan persaudaraan yang menjalin semua orang bersama-sama. Fransiskus mengalami
kebahagiaan dalam memberikan kebahagiaan, dalam mengasihi, dan arti persahabatan.
Tidakan pertama dalam kasih persaudaan ini mempengaruhi dia sedemikian mendalam
sehingga untuk selanjutnya, ia akan senantiasa mencari orang-orang yang buruk dan
malang dan menjadi teman mereka.
Pertemuan Persaudaraan, atau Ordo Saudara-saudara Dina
Ketika Allah memberikan kepada Fransiskus beberapa saudara ia menerima mereka
sebagai pemberian dari Allah Bapanya (Was).
Ia memikirkan tak ada nama yang lebih baik kecuali “para saudara” (istilah
persaudaraan berasal dari bahasa Latin: frater-fratris = saudara-saudari) dan dalam hal
ini ia secara radikal/mutlak menyimpang dari praktek yang terbiasa dalam ordo-ordo
religius, yang menyebut para anggotanya dengan “tuan” dan dominus. Ia sering
berbicara dalam Anggaran Dasar Persaudaraan, dan dengan jelas ia menghendaki
ordonya menjadi suatu persaudaraan dalam pengalaman tulisan pada umumnya: saya
telah menemukan keluarga persaudaraan pada kasih abadi, ia suatu ketika
mengungkaplannya. (Legenda Antiqe 78)
Ketika sahabat memberikan kepad akita suatu pemberian atau deskripsi yang indah
akan persaudaaraan, para saudara saling mengasihi dengan kasih yang membara, dan
saling melayani dengan semangat, dan saling setia, kasih mereka dapat dibandingkan
dengan kelembutan seorang ibu terhadap anak, kekasih tunggalnya. Dalam semangat
kasih, mereka menyadarinya sehingga tak satupun menghalangi meyerahkan dirinya
untuk menderita berat, bukan karena kasih ke Kristus, tetapi bagi keselamatan jiwa
bahkan badan para saudara lain. Sebagai contoh, suatu ketika dua orang bersaudara
berjalan-jalan bersama, ketika mereka berjumpa dengan orang gila yang mulai
melempari mereka dengan batu. Melihat hal itu, seorang saudara dengan segera
melemparkan dirinya di depan saudaranya itu, untuk melindunginya agar tak terluka.
Ia sangat bahagia menerima memar-memar dengan caranya. Mereka siap, dalam
semangat yang sama, untuk mati bagi saudaranya bila dipandang perlu (Kisah Ketiga
Sahabat 11)
Saudara semua orang
Fransiskus memliki kasih khususnya bagi orang yang buruk, bagi orang-orang berdosa
(baca Tiga Penyamun dalam Englebert hal 140-142?)
3 Dari Tulisan P. Sutarjo OFM, Pagal 1993 : Kursus Kefransiskanan Ordo III Awam
220