Page 15 - PEMBINAAN ASPIRAN
P. 15

Formator Nasional



                   Syahadat Para Rasul lebih pendek, karena menghilangkan kalimat-kalimat sehingga menjadi
                   lebih padat. Baik Syahadat Pendek maupun Syahadat Panjang, keduanya menyatakan juga
                   keilahian Allah Roh Kudus,  yang wajib disembah dan dimuliakan, karena kehadiran Roh
                   Kudus acapkali dilupakan.

               2.  PENDALAMAN
                   Pada pertemuan yang lalu telah dibahas tentang Tritunggal Maha Kudus, Bapa, Putera dan
                   Roh Kudus, untuk menjawab sanggahan kaum Arian, yang berpendapat bahwa Putera “hanya
                   miri”  Bapa,  namun  tidak  sama  dengan  kondrat-Nya  dengan  Bapa.  Dalam  Syahadat  ini
                   terungkap bahwa Bapa, Putera dan roh Kudus adalah Allah yang satu dan benar. Perbedaan
                   keesaan berasal dari hubungan mutlak substansial yang khas pada Allah. Dengan demikian,
                   Bapa itu Allah, Putera itu juga Allah, dan Roh Kudus juga Allah, namun tidak berarti ada 3
                   (tiga) Tuhan atau Allah, melainkan hanya 1 (satu).

                   Pada Konsili Letern IV pada masa Paus Innocentius  III, di mana Fransiskus hadir di situ
                   menyatakan:
                   Kami percaya sepenuhnya dan mengakui dengan hati yang tulus bahwa hanya ada satu Allah
                   Mahakuasa yang benar, kekal, tak terduga, tak berubah, tak terselami. Bapa, Putera dan Roh
                   Kudus: tiga Pribadi, namun hanya satu substansi dan kondrat: Bapa tidak diasalkan, Putera
                   diasalkan pada Bapa dan Roh Kudus diasalkan pada keduanya; tanpa permulaan, selalu dan
                   selamanya,  tanpa  akhir  Bapa  memperanakkan,  Putera  diperanakkan  dan  Roh  Kudus
                   diasalkan; hakikat yang sama, kesempurnaan yang sama, sama mahakuasa dan kekal, asal
                   segala sesuatu, pencipta baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, baik yang rohani
                   maupun jasmani ..... dan seterusnya.

                   Ia  dikandung  dari  Roh  Kudus,  dilahirkan  oleh  Perawan  Maria,  dan  menjadi  manusia.
                   Keberadaan  Yesus,  Allah  Putera  bukan  dari  hubungan  “biologis”  antarmanusia,  namun
                   semata-mata karena karya Roh Kudus. Dikatakan “perawan” Maria, karena Maria sama sekali
                   tidak “mengenal” laki-laki, menunjukkan perencanaan waktu, bukan secara kebetulan. Sabda
                   telah menjadi manusia (Yoh 1), agar manusia mampu mengenali cinta kasih Allah (Yoh. 3:16)
                   dengan mengenali-Nya maka diharapkan kita mampu mencontoh kekudusan-Nya dan mau
                   belajar pada-Nya (bdk. Mat. 11:29)

                   Ia  pun  disalibkan  untuk  kita,  waktu  Ponsius  Pilatus;  Ia  menderita  sampai  wafat  dan
                   dimakamkan. Peristiwa sengsara Yesus terjadi pada masa pemerintahan Pontius Piltaus dan
                   benar-benar menjadi sejarah, bukan cerita yang dikarang para pujangga atau sekedara mitos.

                   Orang Yahudi mengenal Yesus sebagai guru atau rabbi, dalam praktek sebagai seorang rabbi,
                   Yesus acapkali menyinggung perasaan para Ahli Taurat.
                          Para  ahli  Taurat,  sebagai  seorang  pemimpin  rohani  agama  Yahudi  tidak  mampu
                          menjalankan  hukum  Taurat  dengan  sebenarnya.  Yesus  dengan  suara  lantang
                          mengatakan: Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu
                          orang-orang munafik dst. (Mat. 23: 13-44)
                          Selanjutnya  Yesus  berani  mengadakan  penyempurnaan  hukum:  Kamu  telah
                          mendengar apa yang disampaikan kepada nenek moyang kita ... tetapi Aku berkata
                          kepadamu. (Mat. 5:21-44)
                          Kenisah bagi Yesus adalah tempat bersemayam-Nya Allah Bapa, tempat Ia memberi
                          pelajaran,  dan  Ia  sangat  murka  tatkala  melihat  kenisah  dijadikan  pasar,  segera  Ia
                          mengusir para pedagang, dan menjungkirbalikkan meja dagangan (Yoh. 2:13-16) dan
                          rasa  cinta-Nya  akan  kenisah  Allah  membawa-Nya  pada  kebinasaan  (Yoh.  2:17).
                          Dengan  berbagai  alasan  pada  akhirnya  Yesus  ditangkap,  dibawa  ke  penguasa  dan
                          mendapat hukuman penyaliban sesuai dengan permintaan para imam bangsa Yahudi.


                                                             14
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20